PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII F MTs AL-QODIRI 1 JEMBER DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)
Abstract
Berpikir kritis merupakan proses disiplin secara intelektual dimana
seseorang secara aktif dan terampil memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesakan dan mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan untuk
memecahkan setiap permasalahan yang ada. Jacob dan Sam (2008)
mendefinisikan 4 tahapan proses berpikir kritis, yaitu klarifikasi, assessment,
inferensi, dan strategi.
Proses pemecahan masalah tidak hanya melibatkan kemampuan berpikir
saja, namun juga memerlukan usaha keras untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang ada. Adversity Quotient (AQ) merupakan suatu kecerdasan atau kemampuan
dalam mengubah, mengolah sebuah permasalahan atau kesulitan, dan
menjadikannya sebuah tantangan untuk diselesaikan. Menurut Stoltz (dalam
Bennu, 2012) ada tiga tipe kategori AQ, yaitu quitter (AQ rendah ), camper (AQ
sedang) dan climber (AQ tinggi). Pengelompokan tiga tipe AQ tersebut
dilakukan dengan menggunakan angket Adversity Response Profile (ARP).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kritis
siswa dalam pemecahan masalah pokok bahasan segitiga dan segi empat ditinjau
dari Adversity Quotient Siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Penentuan subyek dilakukan menggunakan teknik
snowball sampling. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII F MTs. Al-Qodiri 1
jember. Penelitian dilakukan pada semester genap 2015/2016. Instrumen yang
digunakan meliputi Adversity Response Profile (ARP), tes, dan pedoman
wawancara. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket, tes,
dan wawancara. Analisis data penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif.
Data yang dianalisis adalah data hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil
wawancara terhadap jawaban setiap subyek penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data hasil validasi angket dan tes diperoleh
rerata total (𝑉𝑎) angket sebesar 4,83 dan rerata total (𝑉𝑎) tes sebesar 4,67 sehingga
angket dan tes termasuk kategori valid. Setelah dilakukan uji validitas, kemudian
dilakukan beberapa revisi sesuai dengan saran validator. Tahap selanjutnya yaitu
melakukan uji reliabilitas angket dan tes menggunakan rumus alpha. Uji
reliabilitas berguna untuk menunjukkan keajekan suatu instrumen (tes dan
angket) dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang
berbeda. Setelah menganalisa hasil uji coba angket dan tes, diperoleh koefisien
reliabilitas angket sebesar 0,764 menunjukan angket termasuk dalam kategori
reliabilitas tinggi dan koefisien reliabilitas tes sebesar 0,64 menunjukan tes
termasuk dalam kategori reliabilitas tinggi pula sehingga angket dan tes dapat
diberikan pada subyek.
Hasil analisis terhadap jawaban dan wawancara yg dilakukan pada
subyek 1 dan 2 ( Siswa climber), subyek 3, 4, dan 5 (Siswa camper), serta subyek
6 (Siswa quitter) dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir kritis
menunjukkan bahwa subyek 1 dan 2 ( Siswa climber) melalui semua indikator
berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap tes yang diberikan sehingga diperoleh
solusi pemecahan yang tepat. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa climber
yang memiliki sifat ulet, gigih, dan berani mengunakan solusi yang menurutnya
benar meskipun berbeda dengan siswa lainnya. Subyek 3, 4, dan 5 (Siswa
camper) hanya mampu melewati tahap klarifikasi dan Assessment dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan, sehingga solusi pemecahan masalah
yang diberikan kurang tepat. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa camper
yang cepat merasa puas dengan apa yang mereka kerjakan dan kerap mengabaikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan didapat. Sedangkan subyek 6 (Siswa
quitter), hanya mampu memenuhi tahap klarifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa dengan
AQ rendah yang mudah menyerah ketika menemukan kesulitan.