dc.description.abstract | Daun bintaro (Cerbera odollam G.) mengandung senyawa aktif yang bersifat
insektisida antara lain flavonoid, saponin, cerberin dan terpenoid. Karakter senyawa
bioaktif pada daun bintaro memiliki keragaman dalam hal kepolaran. Untuk
memaksimalkan proses ekstraksi harus mempertimbangkan sifat dari senyawa
bioaktif tersebut antara lain sifat kepolarannya. Efektivitas senyawa aktif dalam daun
bintaro dapat diketahui dengan uji toksisitas. Tujuan penelitian untuk mengetahui
toksisitas fraksi metanol dan heksan ekstrak daun bintaro (Cerbera odollam G.)
terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember pada bulan Agustus
sampai September 2016. Penelitian eksperimental laboratorik ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam ulangan untuk masing-masing fraksi,
yaitu fraksi metanol dan n-heksan. Konsentrasi fraksi metanol terdiri dari 0,5%; 1%;
1,5%; 2%; 2,5%; 3% dan 0% untuk kontrol, sedangkan konsentrasi fraksi n-heksan
terdiri dari 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dan 0% untuk kontrol. Uji toksisitas dilakukan
menggunakan aplikasi racun perut. Kematian Spodoptera litura F. digunakan untuk
menentukan nilai LC50 dengan analisis probit, sedangkan efektivitas konsentrasi
ekstrak daun bintaro terhadap kematian Spodoptera litura F. dianalisis dengan Uji
Anova (α=5%) dan dilanjut dengan uji Duncan (α=5%). Efektivitas fraksi metanol
dan heksan ekstrak daun bintaro ditentukan dengan nilai LC50.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Anova menunjukkan bahwa
konsentrasi fraksi metanol dan n-heksan dari ekstrak daun bintaro (C. odollam)
bepengaruh nyata terhadap kematian Spodoptera litura F. (p=0,000) untuk kedua
fraksi. Rata-rata kematian Spodoptera litura F. pada fraksi metanol dari yang terbesar
sampai terkecil berturut-turut yaitu terjadi pada P6 (3%)=90%, P5=85% , P4
(2%)=60%, P3 (1,5%)=47,5%, P2 (1%)=20%, P1 (0,5%)=7% dan P0 (0%)=0%,
sedangkan rata-rata kematian Spodoptera litura F. pada fraksi n-heksan dari yang
terbesar sampai terkecil berturut-turut yaitu terjadi pada, P6 (6%)=85%, P5
(5%)=75%, P4 (4%)=60%, P3 (3%)=50%, P2 (2%)=30%, P1 (1%)=10%, dan P0
(0%)=0%. Hal ini diduga pada ekstrak daun bintaro mengandung senyawa aktif yang
bersifat toksik terhadap Spodoptera litura F. yaitu flavonoid, saponin dan cerberin
pada fraksi metanol dan terpenoid pada fraksi n-heksan.
Berdasarkan hasil analisis probit, perlakuan dengan fraksi metanol memiliki
nilai LC50 pada konsentrasi 1,718%, sedangkan perlakuan dengan fraksi n-heksan
memiliki nilai LC50 pada konsentarsi 3,469%. Dengan demikian, ekstrak daun bintaro
(Cerbera odollam G.) dengan fraksi metanol memiliki efek toksik yang lebih besar
terhadap S. litura dibandingkan dengan fraksi n-heksan karena insektisida yang
memiliki nilai LC50 pada konsentrasi tinggi maka toksisitas insektisida tersebut
tergolong rendah, dan sebaliknya semakin rendah nilai konsentrasi insektisida yang
memiliki LC50 maka semakin tinggi toksisitas insektisida tersebut.
Hasil penelitian ini dimanfaatkan sebagai produk buku ilmiah populer untuk
buku bacaan masyarakat yang berjudul “Potensi Daun Bintaro (Cerbera odollam G.)
sebagai Bahan Alami dalam Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)”.
Berdasarkan hasil validasi buku ilmiah populer yang telah dilakukan oleh 2 orang
dosen dan respon dari masyarakat didapatkan rata-rata nilai sebesar 81,3% dan
termasuk dalam kategori sangat layak sehingga produk buku ilmiah populer ini
sangat layak digunakan sebagai buku bacaan masyarakat. | en_US |