dc.description.abstract | Jamur merupakan salah satu organisme yang dominan di dalam tanah.
Jamur didalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati
dikelompokkan sebagai jamur entomopatogen dan antagonis. Banyaknya
organisme tanah yang menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai pengendali
hayati maka perlu dilakukan eksplorasi. Eksplorasi merupakan langkah awal dari
pelaksanaan teknik–teknik pengendalian hayati. Pelaksanaan persiapan dalam
penelitian ini meliputi pengambilan sampel tanah di enam kabupaten yaitu
Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Lumajang dan
Probolinggo dengan cara menentukan lokasi pengambilan sampel tanah serta
penentuan lima titik sampel tanah secara diagonal. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui keberadaan jamur entomopatogen dan jamur antagonis yang
terdapat dilahan tanaman tembakau, mengetahui karakteristik jamur
entomopatogen dan jamur antagonis dari hasil isolasi tiap sampel tanah yang
diambil dipertanaman tembakau, mengetahui patogenitas jamur entomopatogen
hasil isolasi tiap sampel tanah terhadap mortalitas ulat hongkong. Hasil Ekplorasi
jamur entomopatogen di enam Kabupaten diperoleh 4 isolat jamur B. bassiana
dari Kabupaten Jember, Bondowoso, Probolinggo dan Situbondo. Jamur M.
anisopliae diperoleh 3 isolat asal Kabupaten Jember, Probolinggo, dan Situbondo.
Hasil ekplorasi jamur antagonis Trichoderma sp ditemukan di enam Kabupaten.
Hasil penelitian diperoleh karakteristik dari jamur B. bassiana yaitu berwarna
putih, M. anisopliae berwarna kuning kehijauan dan hijau, sedangkan jamur
Trichoderma sp berwarna hijau muda. Trichoderma sp yang ditemukan di enam
Kabupaten diduga dengan spesies yang berbeda karena untuk di setiap Kabupaten
karakteristiknya berbeda-beda. Uji tingkat patogenisitas pada jamur B. bassiana
presentasi hambatan tertinggi yaitu jamur yang asal isolatnya dari Kabupaten
Probolinggo dengan presentasi 80%. Isolat asal Kabupaten Jember merupakan
isolat yang tingkat patogenisitasnya lebih kecil dibanding isolat yang lain yaitu
60%. Presentasi hambatan tertinggi untuk cendawan entomopatogen M.
anisopliae yaitu cendawan yang asal isolatnya dari Kabupaten Probolinggo,
sedangkan untuk presentasi hambatan paling rendah yaitu isolat asal Kabupaten
Situbondo. Hasil pengamatan uji antagonisme Trichoderma sp terhadap
Rhizoctonia solani secara biakan ganda didapatkan hasil yang berbeda dari setiap
asal isolat. Asal isolat Bondowoso menunjukan hasil antagonisme rata-rata
mencapai 85%. Asal isolat Situbondo tingkat antagonismenya paling rendah yaitu
28,3% | en_US |