dc.description.abstract | Rendahnya konsumsi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang ditandai dengan nilai Zscore BB/U yaitu antara <–2 SD sampai ≥–3 SD disebut juga Kekurangan Energi Protein (KEP). Secara nasional, prevalensi gizi kurang pada tahun 2013 adalah 13,90%. Persentase di Jawa Timur balita gizi kurang berdasarkan BB/U tahun 2012 mencapai 5,71%. Data Kabupaten Probolinggo menyebutkan 3 Kecamatan dengan kasus gizi buruk tertinggi yaitu tahun 2015, Kecamatan Sumberasih (61 balita), Kecamatan Glagah (39 balita) dan Kecamatan Maron (32 balita) sedangkan kasus gizi kurang mengalami penurunan yaitu dari 2,80% (2012) menjadi 2,27% (2013). Kecamatan Sumberasih merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Probolinggo dengan kasus gizi kurang yang fluktuatif, dimana terdapat 3 dari 13 desa yang sering menjadi sasaran pos gizi, yaitu Desa Sumberbendo, Ambulu dan Mentor. Desa Ambulu menjadi sasaran pos gizi selama 3 kali selama 5 tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2009 (20 balita), 2013 (13 balita), dan tahun 2014 (11 balita).
Pengalaman praktisi kesehatan di RSCM Jakarta, RS. Kariadi Semarang dan RS. Wahidin Sudiro Husodo Makasar didapatkan bahwa penanganan anak gizi buruk menggunakan mineral mix mengalami perbaikan berat badan dan kondisi klinisnya lebih optimal. Mineral mix merupakan salah satu bahan atau suplemen yang dianjurkan oleh pemerintah pusat untuk diberikan kepada balita gizi buruk, terdiri dari kalium klorida, tripotasium citrat, magnesium klorida, seng asetat, dan tembaga sulfat. Mineral Mix dapat digunakan untuk meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki mineral yang hilang pada balita gizi kurang karena, anak yang menderita kurang akan mengalami defisiensi mineral karena kurang asupan terhadap zat-zat gizi tertentu sehingga pemberian mineral mix diharapkan dapat membantu proses penyembuhannya lebih cepat.
Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan rancangan pretest posttest with control group design. Intervensi dilakukan berupa pemberian PMT pemulihan dengan tambahan mineral mix terhadap 60 balita selama 10 hari. Variabel dalam penelitian ini yaitu berat badan balita sebelum dan sesudah intervensi, dan variabel lainnya yaitu karakteristik keluarga (besar keluarga, pendapatan, umur ibu, dan pendidikan ibu) dan tingkat konsumsi balita. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengukuran berat badan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji t-tidak berpasangan untuk membandingkan data berat badan balita gizi kurang antara dua kelompok, sedangkan data berat badan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dibandingkan menggunakan uji t-berpasangan.
Hasil penelitian didapatkan karakteristik balita gizi kurang yaitu: rata-rata umur balita pada kedua kelompok yaitu 32 bulan, pada kelompok intervensi jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan pada kelompok kontrol jumlah balita berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama, rata-rata berat bayi lahir antara kedua kelompok kurang lebih 3 kg, dan mayoritas balita gizi kurang yang menjadi sasaran penelitian pernah memiliki penyakit infeksi. Pada karakteristik keluarga menunjukkan bahwa mayoritas balita gizi kurang berada dalam keluarga yang berjumlah lebih dari 4 orang, dengan pendapatan rendah, ditambah dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah, usia ibu yang lebih dari 30 tahun dengan pola asuh gizi yang dilakukan sudah benar. Terdapat perbedaan rata-rata berat badan balita gizi kurang sebelum dan sesudah diberikan PMT pemulihan dengan tambahan mineral mix yaitu sebesar 9,62 kg pada kelompok intervensi dan 9,83 kg pada kelompok kontrol. Sedangkan nilai rata-rata berat badan balita gizi kurang setelah penelitian pada kedua kelompok yaitu sebesar 10 kg.
Terdapat perbedaan selisih rata-rata berat badan balita gizi kurang sebelum dan sesudah intervensi yaitu sebesar 0,58 kg pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil rata-rata sebesar 0,22 kg. Tidak terdapat perbedaan berat badan sebelum dan sesudah antara kedua kelompok dengan nilai p-value (0,79) > α. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan tingkat konsumsi balita gizi kurang yaitu hubungan antara tingkat pendapatan dan jumlah anggota keluarga dengan tingkat konsumsi protein balita gizi kurang. | en_US |