dc.description.abstract | Di Indonesia, singkong menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam
hampir di seluruh wilayah dan menjadi sumber karbohidrat utama setelah beras
dan jagung. Salah satunya di Jawa Timur yaitu di Kabupaten Jember. Secara
geografis Kabupaten Jember mempunyai wilayah areal pertanian yang cukup luas
dan dapat diketahui bahwa komoditas pangan utama yang terdapat di Kabupaten
Jember adalah padi, jagung, ubi kayu, kedelai, ubi jalar, dan kacang tanah.
Produksi yang melimpah dapat menjadi peluang usaha bagi agroindustri berbahan
baku ubi kayu. Menurut badan pusat statistic Provinsi Jawa Timur dalam
(jatim.bps.go.id) dari data Badan Pusat Statistik 2013 menunjukkan bahwa,
potensi ubi kayu di Kabupaten Jember tahun produksi 2008 sebanyak 67.214 Ton,
pada tahu produksi 2009 sebanyak 62.614 Ton, pada tahun produksi 2010
sebanyak 48.645 Ton, pada tahun produksi 2011 sebanyak 52.587 Ton, pada
tahun produksi 2012 sebanyak 47.803 Ton, dan pada tahun 2013 sebanyak 41.678
Ton. Potensi yang melimpah ini dapat menjadi peluang usaha bagi agroindustri
berbahan baku ubi kayu (singkong). Selama ini ubi kayu (singkong) yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan produk-produk makanan khas
Kabupaten Jember seperti tape, suwar-suwir, prol tape, brownies tape dan keripik
singkong.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis
kewirausahaan komunitas berbasis asset pada industry rumah tangga, yakni pada
produsen tape yang ada di desa Darsono. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian studi deskriptif, penentuan informan
menggunakan metode purposive sampling, pengumpulan data yang dilakukan
meliputi wawancara mendalam(indept interview) semi terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Dalam menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi sumber data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam komunitas berbasis asset pada
industry rumah tangga di Desa Darsono melibatkan diantaranya; 1) asset manusia
yang dimanfaatkan oleh komunitas produsen tape ini yakni keterampilan, bakat
dan kemampuan dalam memilih bahan baku, dan memanfaatkan tenaga kerja dari
saudara dan tetangga; 2) asset social, hal yang di implementasikan oleh komunitas
produsen tape ini yakni kerjasama antar produsen dan rasa saling percaya antar
produsen; 3) asset teknologi, mereka memanfaatkan bantuan dari desa berupa
modal usaha dan selanjutnya dibelanjakan alat – alat yang digunakana dalam
proses produksi; 4) asset lingkungan, mereka memanfaatkan bahan baku yang ada
di lingkungan mereka, seperti singkong dan daun pisang. Selain itu air dan kayu
juga dimanfaatkan dalam proses produksi tape; 5) asset fisik, dalam asset fisik ini
mereka memanfaatkan perlengkapan seperti pisau, wadah singkong dan tungku
sebagai alat yang digunakan dalam proses produksi; 6) asset financial, pada asset
ini mereka memanfaatkan modalk pribadi dalam membiayai semua yang terkait
dalam proses produksi, dan juga memanfaatkan pinjaman tetangga, tengkulak, dan
juga koperasi dikala mereka kehabisan modal; dan 7) asset spiritual, pada asset ini
mereka lebih menjunjung tinggi nilai leluhur, cara yang mereka lakukan yakni
dengan berkumpul dan berdoa bersama dalam kegiatan tahlil. | en_US |