Show simple item record

dc.contributor.authorNingsih, Sri
dc.date.accessioned2016-09-09T07:14:26Z
dc.date.available2016-09-09T07:14:26Z
dc.date.issued2016-09-09
dc.identifier.isbn978-602-1194-57-7
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/77020
dc.description.abstractDalam ritus Karo dan Kasada, register doa merupakan unsur ritual yang bersifat substansial. Dalam praktek ritual register ini berfungsi untuk merasionalisasi unsur-unsur ritual yang bersifat simbolik, menimbulkan suasana sakral dan magis. Artikel ini bertujuan memaparkan keberadaan register doa sebagai fenomena lingual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif kualitatif, yang ditempuh melalui dua metode operasional. Pengumpulan data digunakan metode observasi, dan analisis data digunakan metode agih dan padan pragmatik. Nara sumber adalah dukun Tengger di Desa Ngadisari. Data yang digunakan adalah doa-doa dalam ritus Karo dan Kasada. Register doa disampaikan dengan bahasa Jawa dialek Tengger yang arkhais dan tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasanya bersifat artifisial, taksa, dan eksklusif. Bentuk-bentuk satuan lingual dalam register bukan semata-mata untuk membangkitkan kebermaknaan wacana tapi lebih diutamakan pada fungsinya sebagai unsur ritual, yakni untuk merasionalisasi unsur-unsur ritual yang bersifat simbolik, menimbulkan suasana sakral dan magis. Nilai magis pada register terjadi akibat manipulasi bahasa, seperti permainan bunyi, repetisi, dan paralelisme. Pemaknaan dan kebermaknaan wacana dilakukan bukan atas dasar pemahaman pada sistem kode dan atau logika deduksional tetapi didasarkan atas keyakinan mereka. Register doa hadir dalam wujud wacana karena memenuhi tiga patokan, yakni: (1) adanya kesatuan makna atau keherensi, (2) adanya perpaduan antara unsur-unsur formalnya atau kehesi, dan (3) adanya keutuhan antara struktur formal dengan struktur semantisnya. Adanya kepaduan, kesatuan, dan keutuhan mengimplikasikan bahwa di dalam register doa terdapat relasi antarelemen, baik relasi antarelemen semantis maupun relasi antarelemen formal. Relasi antarelemen register menghasilkan struktur kewacanaan. Struktur kewacanaaan register doa bersifat hirarkis sesuai dengan relasi yang ada pada tataran elemenelemennya. Secara semantis, relasi antarelemen register doa pada uapacara Karo dan Kasada dibangun atas dasar hubungan saranatujuan. Hubungan sarana tujuan ini dimanivestasikan secara fonetis dalam bentuk hubungan aditif yang implisit.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectkarakteristiken_US
dc.subjectregisteren_US
dc.subjectupacaraen_US
dc.subjectmagisen_US
dc.titleAHASA REGISTER DOA DALAM RITUS KARO DAN KASADA (COLLECTIVE MIND MASYARAKAT TENGGER JAWA TIMUR)en_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record