dc.description.abstract | Stunting merupakan suatu terminologi untuk tinggi badan yang dibawah persentil -3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Retardasi pertumbuhan linear (stunting) menunjukkan gizi yang kronis, yang terjadi dalam jangka waktu lama. Anak yang menderita stunting berat mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunting. Anak yang mengalami stunting akan mengalami hambatan perkembangan mental dan kecerdasan, namun hal ini baru akan terlihat pada usia dewasa seperti kualitas kerja yang tidak kompetetif dan akhirnya berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak usia di bawah 5 tahun mengalami stunting. Riskesdas 2013, melaporkan bahwa 1 dari 3 anak balita di Indonesia mengalami stunting dengan prevalensi 37,2%. Menurut hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2013 presentase stunting di Kabupaten Jember sebesar 43,3%. Berdasarkan hasil pendataan stunting di Kabupaten Jember, diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Kalisat memiliki prevalensi stunting tertinggi nomor 2 di Kabupaten Jember sebesar 85,7%, yang berarti dari 7 balita yang diperiksa 6 balita dilaporkan mengalami stunting. Pada penelitian yang dilakukan Ramli et al (2009: 8) menyebutkan bahwa prevalensi stunting dan severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan. Faktor penyebab langsung terjadinya stunting adalah ketidakseimbangan gizi/faktor gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara riwayat infeksi dan tingkat konsumsi dengan kejadian stunting pada anak usia 25-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember. | en_US |