Show simple item record

dc.contributor.authorAndianto, Muhammad Rus
dc.date.accessioned2016-08-31T01:18:30Z
dc.date.available2016-08-31T01:18:30Z
dc.date.issued2016-08-31
dc.identifier.isbn978-602-258-381-3
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76813
dc.description.abstractDalam masyarakat multietnik, perbedaan kultur bisa menimbulkan masalah komunikasi yang pelik. Dalam skala besar dan atmosfer tinggi, masalah itu bisa berkembang menjadi konflik fisik berdarah, seperti yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah tahun 1997, antara etnik Dayak dan Madura, akibat saling menebalnya pembutaan diri (blindfoldness) atas kultur di antara kedua komunitas tersebut (Andianto, 2002). Dalam skala kecil dan atmosfer rendah, masalah itu biasa mengakibatkan konflik psikologis, sebagaimana dirasakan dan dikeluhkan oleh banyak guru sekolah dasar dan orang-orang etnik Jawa di Kabupaten Jember, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, dan Situbondo.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSTRATEGI KESANTUNANen_US
dc.subjectKULTUR JAWAen_US
dc.titleMODEL-MODEL STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KULTUR JAWAen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record