dc.description.abstract | Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah proses
penerapan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa kelas V SDN Jember Lor 05 tahun pelajaran 2015/2016?, (2) bagaimanakah
peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas V di SDN Jember Lor 05 tahun
pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pendekatan kontekstual?.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mendeskripsikan proses penerapan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa kelas V di SDN Jember Lor 05 tahun pelajaran
ix
2015/2016, (2) meningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V di SDN Jember Lor
05 tahun pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan pendekatan kontekstual.
Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VA di SDN Jember Lor
05 tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 22 siswa yang terdiri atas 14 lakilaki
dan 8 perempuan. Sumber data yaitu guru kelas VA dan siswa kelas VA SDN
Jember Lor 05. Jenis penelitian ini adalah PTK dan teknik memperoleh data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain penelitian dari Mc. Taggart yang terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif kuantitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual
melalui kegiatan memainkan drama pendek dilaksanakan dengan cara: 1) tahap
kontrukstivisme, guru membantu siswa menghubungkan pengetahuan dengan
pengalaman yang dimilikinya. Pada tahap ini guru memberikan apersepsi berupa
pertanyaan yang mengarah pada drama. 2) tahap pemodelan, guru menyajikan contoh
naskah drama pada siswa dan meminta siswa mengamatinya. 3) tahap bertanya, guru
bertanya kepada siswa tentang apa saja yang siswa temukan setelah mengamati
contoh naskah drama. 4) tahap masyarakat belajar, guru meminta siswa membentuk 5
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. 5) tahap inkuiri, guru meminta kelompok untuk
berdiskusi menentukan tema drama untuk ditampilkan, menyiapkan naskah drama,
menentukan penokohan, dan berlatih bermain drama. 6) tahap penilaian autentik,
guru tidak hanya menilai hasil belajar berupa hasil tes kemampuan berbicara melalui
kegiatan bermain drama, namun juga menilai proses belajar siswa yaitu aktifitas
siswa saat mengikuti pembelajaran. 7) tahap refleksi, guru bersama siswa
menyimpulkan pembelajaran. Adapun kendala yang terdapata pada siklus 1 yaitu
rendahnya volume suara sebagian siswa saat bermain drama, dan mimik siswa belum
sesuai dengan isi drama. Hal tersebut disebabkan oleh penonton yang menertawai
pemain saat bermain drama di depan kelas. Selanjutnya, diputuskan untuk
melaksanakan perbaikan pada siklus II dengan cara guru mengadakan perjanjian
dengan siswa bahwa siswa yang menjadi penonton tidak boleh menertawakan siswa
lain yang tampil bermain drama. Selain itu, bagi kelompok yang tampil terbaik akan
diberikan hadiah. Kesimpulan selanjutnya, peningkatan kemampuan berbicara siswa
kelas V di SDN Jember Lor 05 Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan
pendekatan kontekstual pada siklus I sebesar 18%, dari prasiklus 45% meningkat
menjadi 63%. Pada siklus II meningkat sebesar 10%, dari siklus I 63% meningkat
menjadi 73%.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan saran: 1) bagi kepala
sekolah, diharapkan dapat memberikan himbauan bagi guru kelas lain di SDN Jember
Lor 05 untuk menerapkan pendekatan kontesktual karena telah terbukti dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa, 2) bagi guru, diharapkan pendekatan
pembelajaran ini dijadikan alternatif penerapan pendekatan pembelajaran dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada pembelajaran berbicara, dan 3) bagi
peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan penelitian untuk menemukan
hasil baru agar dapat bermanfaat bagi banyak orang. | en_US |