Show simple item record

dc.contributor.authorBadi’ah, H.I
dc.contributor.authorFauziyah, B
dc.contributor.authorSugihantoro, H
dc.date.accessioned2016-01-29T08:37:46Z
dc.date.available2016-01-29T08:37:46Z
dc.date.issued2016-01-29
dc.identifier.isbn978-602-9030-89-1
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73009
dc.descriptionCurrent Challenges in Drug Use and Development Tantangan Terkini Perkembangan Obat dan Aplikasi Klinik PROSIDING. SEMINAR NASIONAL FARMASI JEMBER 28 November 2015en_US
dc.description.abstractDewasa ini, penelitian tentang sensor mulai banyak dikembangkan dalam bidang kesehatan terutama dalam hal analisis klinis. Sensor urea merupakan salah satu contoh aplikasi sensor yang dikembangkan dalam bidang analisis klinis. Sampai saat ini, pada umumnya analisis klinis dengan sampel darah atau urin masih terbatas dilakukan di laboratorium sentral rumah sakit yang dilengkapi dengan peralatan canggih, dilakukan oleh petugas yang terdidik dalam, serta memerlukan biaya yang relatif tidak murah. Dengan adanya sensor urea yang dinilai lebih efektif, efisien dan ekonomis diharapkan dapat membantu masyarakat dalam hal skrinning awal adanya kerusakan pada ginjal. Sensor urea mampu mendeteksi kadar urea dalam darah sehingga dapat dijadikan sebagai skrinning awal adanya kerusakan pada ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui reagen asam terbaik dalam pembuatan sensor urea. Pembuatan sensor urea dilakukan dengan mengintegrasikan reagen Diacetyl monoxime-Thiosemicarbazide dengan reagen asam pada sebuah material pendukung berupa plat silika gel. Penelitian tentang pemeriksaan kadar urea dalam darah telah banyak dilakukan seperti pada Fearon (1939 ), Rahmatullah dan Boyde (1980), serta Coulombe dan Feavru (1963), namun penelitian-penelitian ini masih terbatas dilakukan dalam bentuk larutan. Sensor urea yang mampu mendeteksi urea dalam sampel akan memberikan informasi dengan adanya perubahan warna yang menunjukkan bahwa terdapat urea dengan kadar tertentu dalam sampel tersebut. Warna yang dihasilkan oleh sensor akan dianalisis nilai RGBnya menggunakan Adobe Photoshop CS5 untuk mengetahui intensitas warna yang dihasilkan. Dalam penelitian yang telah kami lakukan didapatkan jenis reagen asam terbaik yang digunakan dalam pembuatan sensor adalah asam fosfat dan asam sulfat. Dimana dengan adanya kombinasi kedua asam ini akan menghasilkan nilai ΔMean RGB sebesar 97,89 dengan waktu respon mulai terbentuknya warna adalah 3 menit 12 detik dan kestabilan warna yang didapatkan adalah 5 hari.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectsensor ureaen_US
dc.subjectdiacetyl monoximeen_US
dc.subjectthiosemicarbazideen_US
dc.subjectasam sulfaten_US
dc.subjectasam fosfaten_US
dc.subjectRGBen_US
dc.titlePENGARUH VARIASI REAGEN ASAM DALAM FABRIKASI SENSOR UREA BERBASIS REAGEN DIACETYL MONOXIME-THIOSEMICARBAZIDE SECARA ADSORPSI PADA PLAT SILIKA GELen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record