dc.description.abstract | Pembangunan sektor industri merupakan salah satu pilar pembangunan yang diarahkan agar dapat bersaing di era global. Namun di sisi lain, industri juga menghasilkan limbah berbahaya dan beracun. Salah satunya, yakni logam berat. logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Limbah logam berat dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara, air, maupun tanah dalam jangka pendek maupun panjang bila tidak dikelola dengan baik. Pb merupakan salah satu logam berat yang berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan tingkat toksisitas sangat tinggi. Industri elektroplating adalah salah satu industri yang menghasilkan limbah Pb. Industri elektroplating menerapkan proses pelapisan logam mulia yang sangat tipis melalui proses deposisi elektrokimia. Melihat dampak pencemaran yang dapat ditimbulkan, maka penting adanya usaha pengolahan limbah ion logam Pb.
Kulit kakao merupakan limbah utama dari buah kakao karena berat kulit kakao mencapai 75% dari total berat buah kakao. Limbah ini merupakan limbah yang potensial karena dihasilkan dalam jumlah besar dari proses produksi kakao. Namun, sampai saat ini, pemanfaatan kulit kakao masih belum maksimal. Berdasarkan penelitian, kulit kakao mengandung pektin sebesar 14,5 % yang dapat dijadikan sebagai bahan adsorben terhadap logam berat. Dengan menggunakan metode adsorbsi, kulit kakao yang telah diekstrak pektinnya dalam bentuk serbuk pektin kulit kakao dapat menjadi media adsorben terhadap logam berat Pb pada limbah cair industri elektroplating.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar Pb limbah cair yang tidak diberi serbuk pektin kulit kakao dengan limbah cair yang diberi perlakuan
ix
serbuk pektin kulit kakao 100 mg/L (X1), 300 mg/L (X2), dan 600 mg/L (X3) selama 2 hari. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan pengumpulan data primer yang dilakukan melalui uji laboratorium untuk mengetahui kadar Pb sebelum dan setelah perlakuan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan secara signifikan yakni sebesar 0,021 antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan X2. Namun, tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan X1 dan X3. Walaupun hasil akhir masih belum memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan Pergub Jatim Nomor 45 Tahun 2002 sebesar 0,1 mg/L, namun terdapat beberapa faktor keterbatasan dalam penelitian ini. Faktor tersebut diantaranya, tidak dilakukannya proses penyaringan pada sampel sebelum uji laboratorium dan tidak dipertimbangkan mengenai faktor suhu dan benturan secara fisik pada sampel. Dengan faktor keterbatasan penelitian, hal ini menunjukkan masih adanya peluang kemampuan adsorbsi Pb oleh serbuk pektin kulit kakao hingga batas minimum.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu pemantauan limbah cair industri elekroplating secara berkala oleh pihak pemerintah, dalam hal ini Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Jember sehingga mampu mengontrol dan mengevaluasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair industri elekroplating. Selain itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengontrol variabel suhu dan benturan pada sampel untuk memperoleh hasil adsorbsi yang optimal dengan menggunakan serbuk pektin kulit kakao. | en_US |