dc.description.abstract | Stres adalah suatu keadaan yang membebani seseorang yang dapat
mempengaruhi homeostasis sehingga terjadi gangguan kesehatan. Stres dapat
disebabkan oleh stresor fisik, kimia, ataupun psikologis. Stres psikologis fisik adalah
stres yang disebabkan oleh paparan stresor yang berbahaya bagi jaringan tubuh. Stres
psikologis dapat terjadi akibat perubahan kehidupan, hubungan sosial, perasaan
marah, dan takut.
Ada berbagai macam manifestasi penyakit akibat dari stres, salah satunya
pengaruh stresor terhadap meningkatnya kadar glukosa darah. Stresor menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh peningkatan sekresi
corticotropin releasing factor (CRF) oleh hipotalamus. Peningkatan sekresi CRF
dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi adrenocorticotropin hormone
(ACTH) yang nantinya menstimulus korteks adrenal untuk memproduksi
glukokortikoid dalam jumlah yang banyak. Glukokortikoid yang berlebihan dapat
meningkatkan proses glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses
pembentukan glukosa dari senyawa bukan karbohidrat. Peningkatan glukoneogenesis
akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan
mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar glukosa darah pada tikus Sprague Dawley
yang terpapar stres psikologis fisik dan stres psikologis. Jenis stresor yang digunakan
pada stress psikologis fisik adalah stresor rasa sakit dengan menggunakan electrical
foot shock, sedangkan stres psikologis kotak diberi alas busa agar tidak terkena
renjatan sehingga tikus mendapatkan kontak secara visual, pendengaran, dan
penciuman.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris
dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 48 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok
yaitu: kelompok Stres psikologis fisik hari ke-7 (SPF 1), Stres psikologis fisik hari
ke-14 hari (SPF 2), Stres psikologis fisik hari ke-28 hari (SPF 4), Stres psikologis hari
ke-7 (SPF 1), Stres psikologis hari ke-14 hari (SPF 2), dan Stres psikologis hari ke-28
hari (SPF 4). Sampel dikorbankan sesuai dengan kelompok perlakuan masingmasing,
SPF 1 dan SP1 pada hari ketujuh, pada SPF 2 dan SP2 pada hari keempat
belas, dan SPF 4 pada hari kedua puluh delapan dan dilanjutkan dengan pengambilan
darah dan dihitung kadar glukosa darahnya dengan menggunakan alat blood glucouse
test.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah yang
terpapar stres psikologis fisik pada hari ke-7, 14, 28. Nilai rata-rata kadar glukosa
darah pada hari ke-7 adalah 166,12 mg/dL. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada
hari ke-14 adalah 163,88 mg/dL. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-28
adalah 163,12 mg/dL. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-7 adalah
180,25 mg/dL. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-14 adalah 171,50
mg/dL. Nilai rata-rata kadar glukosa darah pada hari ke-28 adalah 138,38 mg/dL.
Perlakuan SPF kadar glukosa darah mengalami penurunan pada setiap
minggunya dan tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Untuk kelompok perlakuan
SP mengalami peningkatan pada hari ke-7 setelah itu mengalami penurunan pada hari
ke-14 dan 28. Hari ke-7 dan hari ke-14, kadar glukosa darah pada kelompok
perlakuan SP lebih tinggi dari pada SPF dan tidak ada perbedaan bermakna, namun
pada hari ke-28, kelompok perlakuan SPF lebih tinggi daripada SP dan tidak ada
perbedaan bermakna. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian bahwa kadar
glukosa darah stres psikologis lebih tinggi daripada stres psikologis fisik, namun lama
paparan stres psikologis dan stres psikologis fisik tidak berpengaruh terhadap
peningkatan kadar glukosa darah. | en_US |