dc.description.abstract | Selama ini siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika terletak dalam beberapa hal.
Pertama, siswa sulit untuk menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dalam soal. Kedua, siswa sulit membuat model matematika yang sesuai dengan
masalah yang ada dalam soal. Ketiga, siswa sulit menggunakan model yang telah
dibuatnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Keempat, siswa sering lupa
untuk memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap proses
pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Wuluhan ditemukan permasalahan yaitu
guru mendominasi kelas, masih menggunakan metode ceramah dan aktivitas siswa
dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran rendah. Disamping
itu peneliti juga melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran matematika kelas
VIII di SMP Negeri 2 Wuluhan , dari hasil wawancara yang diperoleh menunjukkan
bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
sistem persamaan linier dua variabel rendah. Kesulitan yang dialami siswa antara
lain: (1) siswa kesulitan dalam memahami masalah, (2) siswa kesulitan membuat
rencana penyelesaian.
Pemecahan masalah adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi
masalah baginya. Dalam pemecahan masalah siswa di latih untuk berpikir secara
sistematik melalui empat tahap pemecahan masalah menurut Polya. Adapun
rangkaian empat tahap tersebut adalah memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melaksanakan rencana, memeriksa kembali. Kelebihan dari
pemebelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menurut Polya
yaitu siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sistematik dalam
memecahkan masalah. Sedangkan kelemahannya yaitu pembelajaran ini memerlukan
waktu yang lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menurut Polya,
aktivitas siswa, serta ketuntasan belajar siswa.
Pengambilan data ini dilakukan di SMP Negeri 2 Wuluhan pada tanggal 8
Desember 2011 – 14 Desember 2011. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIIIA
yang berjumlah 36 siswa terdiri 12 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Sedangkan metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara dan tes.
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah menurut Polya pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel
berjalan dengan baik. Dalam tahap pemecahan masalah menurut Polya siswa sudah
mampu memahami masalah yaitu menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal. Siswa juga sudah mampu melaksanakan tahap merencanakan
penyelesaian dengan memisalkan apa yang diketahui ke dalam sebuah variabel
kemudian membuat model matematikanya. Kendala-kendala yang dihadapi pada
tahap-tahap pemecahan masalah adalah pada tahap melaksanakan rencana dan
memeriksa kembali. Pada tahap melaksanakan rencana pada umumnya siswa sudah
mampu memasukkan semua data yang diketahui dalam model matematika untuk
diselesaikan, siswa juga sudah mampu melakukan perhitungan dengan runtut, namun
terkadang siswa kurang teliti dalam perhitungan sehingga hasil yang diperoleh salah.
Melaksanakan tahap memeriksa kembali merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa
karena pada awalnya siswa tidak terbiasa melakukan pengecekan ulang. Untuk
selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa melakukan pengecekan ulang terhadap
jawaban yang diperoleh. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi meskipun belum
sempurna.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah menurut Polya pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel berjalan dengan baik, serta dapat dikatakan
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Persentase aktivitas
memperhatikan penjelasan dan mencatat guru dalam setiap pembelajaran yaitu
82,41%; 84,26%; dan 87,96%. Persentase aktivitas bertanya dalam setiap
pembelajaran yaitu 43,52%; 60,19%; dan 64,81%. Persentase aktivitas memahami
masalah dalam setiap pembelajaran yaitu 75,93%; 80,56%; dan 87,96%. Persentase
aktivitas merencanakan penyelesaian dalam setiap pembelajaran yaitu 69,44%;
70,37%; dan 80,56%. Persentase aktivitas melaksanakan rencana dalam setiap
pembelajaran yaitu 66,67%; 69,44%; dan 79,63%. Persentase memeriksa kembali
dalam setiap pembelajaran yaitu 57,41%; 66,67 dan 74,04%.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menurut
Polya pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dilihat dari peningkatan persentase hasil
belajar siswa secara klasikal sebesar 16,67% dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1
ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 66, 67% kemudian pada siklus 2
meningkat menjadi 83,33%. | en_US |