dc.description.abstract | Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kemunduran kemampuan intelektual hingga ke titik yang melemahkan fungsi sosial dan pekerjaan. Demensia tidak hanya berdampak besar bagi penderitanya, tetapi juga berdampak pada pengasuh dan keluarga mereka, baik secara medis, psikologis maupun emosional. Indonesia menduduki peringkat keempat di wilayah Asia Pasifik dengan perkiraan jumlah orang yang menderita demensia sebesar 1.033.000 pada tahun 2015. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2014 diperoleh informasi bahwa terdapat 26 kasus demensia yang terjadi di Kabupaten Jember pada tahun 2013.
Sekitar dua hingga 10 persen dari seluruh kasus demensia dimulai sebelum usia 65 tahun (early onset dementia). Early onset dementia secara perlahan cenderung dipilih untuk diteliti karena dapat menunjukkan tahapan awal demensia pada semua kelompok umur. Perubahan hidup yang terjadi pada pra lansia atau seseorang yang berusia 45-59 tahun menyebabkan timbulnya stres. Stres dapat berdampak negatif terhadap gangguan kognitif termasuk demensia. Meningkatnya respon terhadap stres dapat dijadikan prediksi atau penanda awal untuk demensia dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Stres juga menjadi penyebab timbulnya penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia seperti penyakit jantung, hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala awal demensia pada pra lansia di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember Penelitian dilakukan di Kecamatan Bangsalsari yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang mengalami kesulitan mengingat dan berkonsentrasi tertinggi di Kabupaten Jember tahun 2010 yaitu sebesar 1.562. Jenis penelitian adalah analitik dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2015. Subjek penelitian adalah penduduk yang berusia 45 hingga 59 tahun di wilayah Kecamatan Bangsalsari. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 267 orang yang dipilih dengan metode multistage random sampling. Data dianalisis secara univariabel untuk mengetahui frekuensi dan proporsi setiap variabel, bivariabel dengan uji chi-square, fisher exact, kolmogorov smirnov, kruskal wallis dan uji koefisien c cramer.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa mayoritas pra lansia di Kecamatan Bangsalsari berjenis kelamin laki-laki, berstatus menikah, bekerja, tidak memiliki riwayat demensia keluarga, tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes. Seluruh pra lansia tidak memiliki riwayat stroke. Berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan pendapatan, pra lansia lebih banyak berada pada kelompok usia 45-49 dan memiliki pendidikan terakhir SD sederajat, serta memiliki pendapatan > Rp 1.460.000. Pra lansia yang memiliki tingkat stres dalam kategori ringan lebih banyak dibandingkan yang memiliki tingkat stres dalam kategori sedang dan berat. Berdasarkan pengukuran komponen gejala awal demensia, pra lansia memiliki rata-rata skor paling rendah pada domain kelancaran dan paling tinggi pada domain bahasa untuk domain fungsi kognitif.
Tingkat stres pra lansia menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan beberapa karakteristik yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, riwayat demensia keluarga, dan riwayat hipertensi. Proporsi tingkat stres dalam kategori berat lebih banyak terdapat pada pra lansia yang berusia 55-59 tahun, berjenis kelamin laki-laki, memiliki pendidikan terakhir SD sederajat, bekerja, memiliki pendapatan ≤ Rp 1.460.000 serta tidak memiliki riwayat keluarga demensia dan riwayat hipertensi. Rata-rata skor kelima domain fungsi kognitif sebagai komponen gejala awal demensia menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan beberapa karakteristik yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan, dan riwayat diabetes. Hasil analisis bivariabel juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kelima domain fungsi kognitif. | en_US |