DAMPAK SISTEM GILING REMELT KARBONATASI TERHADAP KINERJA
Abstract
Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan dari famili Graminae yang mempunyai peranan penting dalam
menggerakkan perekonomian suatu wilayah. Komoditas tebu merupakan komoditas yang dapat menghasilkan produk penting di
Indonesia, yaitu gula. Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu II telah menetapkan Program Revitalisasi Industri Gula Nasional yang
salah satu rencananya adalah penggantian/ modifikasi mesin/peralatan PG dari proses sulfitasi menjadi defekasi remelt karbonatasi
(DRK). Pada lingkungan BUMN, PG yang sudah menerapkan teknologi DRK baru satu, yaitu PG. Semboro-PTPN XI guna
meningkatkan kinerja PG. Semboro dan untuk meningkatkan kualitas gula yang akan dipasok ke pasar gula industri dan dengan
harapan gula dihasilkan setara semi-rafinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Efisiensi teknis sebelum dan setelah
diberlakukannya sistem remelt karbonatasi di PG. Semboro, (2) kualitas gula sebelum dan setelah diberlakukannya sistem remelt
karbonatasi di PG. Semboro, (3) perkembangan harga jual gula sebelum dan setelah diberlakukannya sistem remelt karbonatasi di
PG. Semboro dan (4) strategi pengembangan sistem giling remelt karbonatasidi PG. Semboro. Penelitian di lakukan di PG. Semboro
Kecamatan Semboro Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, analitis dan komparatif.
Metode pengambilan contoh menggunakan Non Probability Sample. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik keputusan (Judgment Sampling). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu(1) uji beda untuk dua
sampel berpasangan, (2) analisis deskriptif, (3) analisis rasio dan (4) analisis FFA (Force Field Analysis) atau analisis medan
kekuatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Pabrik Gula Semboro tidak efisien secara teknis saat diberlakukannya sistem
remelt karbonatasi dengan nilai t hit Mill Extraction (ME)< t tabel (0,817<2,353), t hit Boiling House Recovery (BHR)< t
tabel( 2,060<2,353), dan t hit Overall Recovery (OR)< t tabel (1,403<2,353), (2) Kualitas gula Pabrik Semboro meningkat setelah
diberlakukannya sistem remelt karbonatasi, (3) Harga jual gula tidak efisien secara finansial setelah diberlakukannya sistem remelt
karbonatasi yang ditandai dengan rasio harga jual gula dengan sistem giling sulfitasi lebih tinggi dari rasio harga jual gula dengan
sistem giling remelt karbonatasi. Faktor pendorong tertinggi adalah manajemen operasional yang tertata, sedangkan faktor
penghambat tertinggi adalah persaingan pasar