dc.description.abstract | Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Penerapan shift kerja di perusahaan memiliki tujuan agar perusahaan mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga pihak perusahaan menggunakan
seluruh waktu yang ada untuk kegiatan operasional. Walaupun penerapan shift
kerja memiliki manfaat bagi perusahaan, disisi lain penerapan shift kerja juga
menimbulkan gangguan bagi para pekerja misalnya menumpuknya rasa lelah fisik
maupun psikologis. Pada tahun 2012 ILO mencatat angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun
dimana salah satu penyebab utama kecelakaan kerja disebabkan oleh kelelahan
(fatigue). Kelelahan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko antara lain usia,
masa kerja, status gizi, beban kerja, serta riwayat penyakit. Pembagian shift kerja
sendiri pada umumnya dibagi menjadi tiga waktu, untuk operator SPBU dimulai
dari Shift I yakni pukul 06.00-14.00 WIB, Shift II pukul 14.00-22.00 WIB, dan
Shift III pukul 22.00-06.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di
lapangan, selama 8 jam waktu kerja kegiatan yang dilakukan dapat menimbulkan
kelelahan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan kerja antara shift I, shift II,
dan shift III pada operator SPBU di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan di
5 SPBU yang dipilih secara random dari 10 SPBU 24 jam di Kabupaten Jember.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 48 responden yang tersebar di 5 SPBU
yang sudah dipilih sebagai lokasi penelitian. Faktor internal (usia, status gizi,
masa kerja, riwayat penyakit) diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Status gizi diperoleh dari pengukuran berat badan dan
tinggi badan, beban kerja fisik diperoleh dari pengukuran denyut nadi secara
manual pada arteri radialis, dan kelelahan kerja diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan reaction timer. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
uji Cramer Coefficient C, Friedman, dan Wilcoxon dengan α sebesar 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan kelelahan kerja di shift I (p = 0,008), tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia dengan kelelahan kerja di shift II, dan shift III (p = 0,096; p = 0,669).
Status gizi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kelelahan kerja di shift
I, dan shift II (p = 0,041; p = 0,013), tidak ada hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan kelelahan kerja di shift III (p = 0,330). Masa kerja tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kelelahan kerja baik pada shift I,
shift II, dan shift III (p = 0,269; p = 0,507; p = 0,769). Riwayat penyakit kronis
tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kelelahan kerja baik pada shift I,
shift II, dan shift III (p = 0,588; p = 0,321; p = 0,520). Beban kerja memiliki
hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan kerja baik pada shift I,
shift II, dan shift III (p = 0,034; p = 0,031; p = 0,018). Terdapat perbedaan yang
signifikan antara beban kerja di shift I, shift II, dan shift III (p = 0,000), serta
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelelahan kerja di shift I, shift II, dan
shift III (p = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperlukan adanya jam istirahat yang
terstruktur (terjadwal) di setiap shift kerja yang ditetapkan oleh pihak SPBU
hendaknya dilaksanakan minimal selama tiga puluh menit setelah bekerja selama
4 jam berturut-turut. Adanya pemberian makanan sehat yang secara rutin
terjadwalkan untuk menunjang status gizi operator. Pemilik perusahaan
hendaknya menambah operator pompa bensin pada shift II untuk mengurangi
beban kerja operator dikarenakan jumlah kendaraan cenderung meningkat pada shift II. | en_US |