Akses Informasi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Remaja Laki-laki (Studi pada Siswa SMA/sederajat di Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, dan Patrang Kabupaten Jember)
Abstract
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai
perubahan fisik, emosi, dan psikis. Seiring dengan masa perkembangan remaja,
seksualitas remaja juga ikut berkembang. Seksualitas merupakan sesuatu yang
melekat pada diri manusia, bersifat normal dan netral. Seksualitas remaja dapat
mengalami berbagai penyimpangan, mulai dari penyimpangan orientasi sampai
penyimpangan perilaku. Sebagian besar remaja memiliki pengetahuan tinggi dan
sikap positif mengenai masalah perilaku seksual. Pengetahuan dan sikap yang
dimiliki seseorang didapatkan melalui informasi. Remaja mengembangkan
saluran informasi informal mereka sendiri melalui media (seperti buku pegangan
medis, surat kabar, majalah, dan televisi), teman, sekolah, dan orang tua. Remaja
laki-laki juga mengalami masalah kesehatan reproduksi dan memiliki kebebasan
seksual yang lebih luas. Akses informasi kesehatan reproduksi yang memadai
terutama di wilayah perkotaan akan berdampak pada pengetahuan kesehatan
reproduksi, yang akan membawa sikap positif terhadap isu kesehatan reproduksi
dan praktik menjaga organ kesehatan reproduksi yang baik. Namun, kecamatan
yang berada di wilayah perkotaan Kabupaten Jember seperti Kecamatan
Kaliwates, Sumbersari, dan Patrang selalu menempati posisilima besar kasus
perilaku berisiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan akses
informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja laki-laki meliputi dimensi
biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan kultural. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
adalah remaja laki-laki siswa SMA/sederajat kelas XI di Kecamatan Kaliwates
Sumbersari, dan Patrang Kabupaten Jember.Besar sampel penelitian ini sebesar
156 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis menggunakan
uji korelasiSpearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja laki-laki
memilki akses informasi kesehatan reproduksi yang rendah (54,5%); memiliki
pengetahuan kesehatan reproduksi yang rendah dan praktek menjaga kesehatan
organ reproduksi yang belum baik (50%); memiliki nilai-nilai psikologis yang
negatif terhadap seksualitasnya (37,2%); dan memiliki perilaku seksual yang
berisiko (51,3%). Akses informasi kesehatan reproduksi berhubungan dengan
dimensi biologis, psikologis, dan perilaku. Semakin baik akses informasi
kesehatan reproduksi, maka pengetahuan kesehatan reproduksi dan praktek
menjaga organ reproduksi akan semakin baik, serta nilai-nilai psikologis terhadap
seksualitas akan semakin positif pula. Akses informasi kesehatan reproduksi yang
baik akan diikuti oleh aktivitas seksual yang aman. Akses informasi kesehatan reproduksi tidak berhubungan dengan dimensi sosial dan kultural. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi sekolah dan instansi terkait guna
meningkatkan peran PIK-R sebagai konselor kesehatan reproduksi remaja.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]