dc.description.abstract | Pada kegiatan belajar mengajar, motivasi sangat penting karena dengan adanya
motivasi akan mendorong semangat belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri. Sebaliknya, kurangnya motivasi akan melemahkan semangat belajar yang
berdampak pada hasil pembelajaran, baik akademis ataupun implikasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Pada proses belajar mengajar berlangsung, guru tidak hanya
terpaku pada materi pembelajaran saja. Guru harus menjelaskan tujuan belajar kepada
peserta didik, guru pun menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapai siswa. Selain
itu, guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat
berguna bagi masa depan peserta didik itu sendiri. Semakin jelas tujuan belajar yang
disampaikan oleh guru, maka semakin besar pula motivasi dalam belajar. Kurangnya
kemandirian belajar pada siswa serta pemikiran siswa bahwa matematika itu sulit
mungkin dapat diatasi dengan motivasi dari guru. Banyak upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan ketidakmandirian siswa, salah satunya yaitu kolaborasi
dengan guru mata pelajaran yang dilakukan setelah mengetahui jenis ketidakmandirian
yang terkait dengan nilai mata pelajaran tertentu. Kolaborasi ini dapat dilakukan
dengan pembelajaran berbasis Lesson Study dimana guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil
pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa Lesson Study dipilih sebagai salah satu
cara untuk mengatasi perilaku siswa, yaitu: (1) Lesson Study dirancang secara
kolaboratif dalam kurun waktu tertentu melalui suatu studi yang intensif terhadap
materi ajar, karakteristik siswa, dan strategi pembelajaran, (2) Lesson Study
menawarkan suatu proses dalam menumbuh kembangkan motivasi belajar siswa, (3)
Lesson Study memberi dorongan untuk memberi fokus pada pola berpikir siswa melalui
observasi kelas, (4) Lesson Study memunculkan perspektif baru tentang belajar dan
mengajar.
Tujuan diadakan penelitian ini adalah (1) mengkaji dan mendeskripsikan
motivasi guru pada pembelajaran matematika berbasis Lesson Study pada sub pokok
bahasan luas lingkaran dapat membentuk karakter kemandirian belajar siswa kelas VIII
B SMP Negeri 7 Bondowoso dan (2) mengkaji dan mendeskripsikan kemandirian
belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso selama proses pembelajaran
matematika berbasis Lesson Study pada sub pokok bahasan lingkaran.
Karakteristik kemandirian belajar pada penelitian ini yaitu 1) aktivitas
mengerjakan persoalan yang diberikan berdasarkan materi yang disampaikan secara
percaya diri tanpa bantuan temannya dengan benar, 2) aktivitas bertanya kepada guru bila mengalami kesulitan, 3) aktivitas menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan
pemikiran sendiri dengan benar, 4) aktivitas menyelesaikan masalah matematika
dengan memilih strategi yang dianggapnya baik dan cocok dengan dirinya sendiri
dengan benar serta berani menerima akibat dari pilihannya, dan 5) berani menerapkan
idenya sendiri dan menyelesaikan masalah secara berbeda dengan temannya denga
benar. Adapun hal-hal yang yang dilakukan guru agar dapat memotivasi kemandirian
belajar siswa adalah 1) guru meminta siswa mengerjakan sendiri pekerjaannya, 2) guru
meminta siswa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan 3) guru menanyakan kembali
materi yang telah diajarkan kepada siswa agar mengetahui apakah siswa mampu
memahami materi yang dipelajari.
Pembelajaran berbasis Lesson Study ini dilakukan dengan 2 siklus dengan
masing-masing siklus terdiri atas 3 tahapan yaitu tahap plan, tahap do, dan tahap see.
Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso.
Observasi untuk pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 15 Desember 2015
sampai dengan tanggal 15 Januari 2015. Pada siklus 1, tim Lesson Study menyusun
perangkat menggunakan model pembelajaran TGT sesuai dengan materi yang
diajarkan berupa RPP, LKS, dan soal-soal Games Tournament, yang diharapkan dapat
meningkatkan motivasi untuk membentuk karakter kemandirian belajar siswa. Pada
siklus ke 2, perangkat pembelajaran berupa RPP dan soal pemecahan masalah dengan
model pembelajaran ekspositori berbasis pemecahan masalah. Model pembelajaran
yang dipilih pada siklus kedua berbeda dengan siklus pertama karena model
pembelajaran TGT pada Siklus pertama kurang sesuai untuk siklus kedua yang hanya
memiliki alokasi waktu 2 x 40 menit saja, serta guru model yang belum menguasai
model pembelajaran TGT. Perangkat pembelajaran yang dibuat pada siklus II
memperbaiki kekurangan dari siklus I.
Motivasi dari guru sangat berperan dalam membentuk karakter kemandirian
belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso. Kemandirian belajar siswa kelas
VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso mengalami peningkatan dari yang semula sangat
kurang sekali seperti yang telah dijelaskan oleh guru matematika SMP Negeri 7
Bondowoso. Indikator kemandirian belajar memenuhi karakter kemandirian belajar
siswa meskipun tidak semua indikator berada dalam karakter masing-masing siswa.
Indikator kemandirian belajar dalam penelitian ini yang terpenuhi meliputi : aktivitas
mengerjakan persoalan yang diberikan berdasarkan materi yang disampaikan secara
percaya diri tanpa bantuan temannya dengan benar, aktivitas mengerjakan persoalan
yang diberikan berdasarkan materi yang disampaikan secara percaya diri tanpa bantuan
temannya dengan benar, aktivitas menyelesaikan masalah matematika dengan memilih
strategi yang dianggapnya baik dan cocok dengan dirinya sendiri dengan benar serta
berani menerima akibat dari pilihannya, dan berani menerapkan idenya sendiri dan
menyelesaikan masalah secara berbeda dengan temannya denga benar. Dibutuhkan
ketelatenan seorang guru agar siswa termotivasi belajar sehingga ia memiliki
kemandirian belajar. Motivasi dari guru sangat berperan dalam membentuk karakter
kemandirian belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 7 Bondowoso. | en_US |