EKSISTENSI SENI TARI GANDRUNG DI DESA KEMIREN KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN BANYUWANGI
Abstract
Gandrung Kemiren dalam perkembangannya banyak mengalami pasang surut
baik, Kondisi surut mampu membangkitkan semangat seniman Kemiren khususnya
untuk menampilkan kreasi-kreasi agar lebih menarik dan diminati masyarkat. Hal
tersebut tampak dalam perubahan kostum, pergantian pemeranan penari gandrung,
dari yang dulunnya penari gandrung laki-laki, sekarang diperankan oleh penari
perempuan, penambahan alat musik, memasukkan lagu-lagu baru yang sedang
digemari masyarakat,. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seniman gandrung
Kemiren memiliki kesanggupan merespon keinginan dan selera masyarakat.
Gandrung adalah salah satu jenis seni tari yang terdapat di Kabupaten
Banyuwangi, disajikan oleh seorang permpuan dewasa yang menari berpasangan
dengan laki-laki yang dikenal sebagai pemaju. Wiyata (2013:20) kesenian ini tersebar
di beberapa desa Banyuwangi yang diantaranya Kemiren, Olehsari, Cungking dan
beberapa desa di Kecamatan Rogojampi, yang notabene adalah komunitas Using,
konon merupakan penduduk asli Banyuwamgi. Sangat dikenal sebagai desa-desa di
mana tumbuh subur dan berkembang penari gandrung.
Meskipun kesenian ini termasuk seni tradisional, namun antusias masyarakat
cukup tinggi untuk mempertahankannya, khususnya masyarakat Kemiren, di dalam
kehidupan modern ini banyak kesenian-kesenian yang bermunculan berkemungkinan
akan menggeser seni yang sudah ada. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana eksistensi seni gandrung di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten
Banyuwangi?”. Dengan tujuan penulian untuk mendeskripsikan bagaimanakah
eksistensi seni gandrung di Desa Kemiren. Dengan menggunakan teori perubahan
vii
kebudayaan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Informan dipilih dengan menggunakan purposiv sampling. Sumber data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Sebuah tradisi yang diwujudkan
dalam bentuk kesenian, supaya menarik untuk ditonton dan agar generasi penerusnya
dengan mudah meneruskan. Subagyo Dkk (2011:349) begitupun dengan gandrung
yang awalnya bersumber dari perkembangan ritual seblang, sebuah upacara bersih
desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali dan dianggap ritus
tertua di Banyuwangi. Maka dalam penampilan gandrung ada tarian seblangseblangan
sebagai pengingat bahwa kesenian ini berawal dari ritual seblang.
Terdapat dua grup seniman gandrung yang selalu inten dalam melestarikan
kesenian gandrung, yaitu Temu Mesti selaku gandrung tertua, dan Mudaiyah selaku
penari gandrung muda di desa Kemiren. Upaya pelestarian seniman gandrung
Kemiren, dengan cara pelatihan-pelatihan kepada generasi muda. Kecendrungan
masyarakat menanggap penari gandrung muda yang lebih fresh, membuat Temu
selalu berimprovisasi dalam setiap penampilannya, berdo’a kepada Allah. Tidak ada
persaingan yang saling menjatuhkan lawan, semua dilakukan demi eksisitensi
kesenian tersebut.