Show simple item record

dc.contributor.advisorHobri
dc.contributor.advisorTrapsilasiwi, Dinawati
dc.contributor.authorRatnasari, Devi
dc.date.accessioned2015-12-07T02:47:51Z
dc.date.available2015-12-07T02:47:51Z
dc.date.issued2015-12-07
dc.identifier.nim110210101093
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66779
dc.description.abstractPembelajaran matematika membutuhkan pemahaman rumus dan daya pemikiran yang tinggi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Penyelesaian suatu masalah matematika yang dilakukan siswa dapat digolongkan menjadi dua cara berpikir, yaitu proses berpikir konvergen dan proses berpikir divergen. Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal pada umumnya. Sedangkan berpikir divergen berorientasi pada penemuan alternatif jawaban yang lebih dari satu. Berpikir divergen diperlukan apabila akan memecahkan suatu masalah secara kreatif. Jika diklasifikasikan menurut tingkat berpikir kreatif, siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda sehingga proses berpikir merekapun akan berbeda. Untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa, salah satu pedoman yang digunakan adalah proses kreatif yang dikembangkan oleh Wallas. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa dengan tingkat berpikir kreatif TBK 0, TBK 1, dan TBK 2 dalam memecahkan soal cerita sub pokok bahasan keliling dan luas segiempat berbasis tahapan Wallas. Tingkat berpikir kreatif siswa ditentukan dari komponen kreativitas yang mampu dipenuhi siswa, yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Pengklasifikasian tingkatannya ada 3, yakni TBK 0, TBK 1, dan TBK 2. Pencapaian ketiga indikator berpikir kreatif, yakni kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan adalah: duabelas siswa TBK 0 tidak memenuhi ketiga aspek tersebut, duapuluh satu siswa TBK 1 hanya memenuhii aspek kefasihan, satu siswa TBK 2 memenuhi aspek kefasihan dan fleksibilitas, dan satu siswa TBK 2 memenuhi ketiga aspek berpikir kreatif. ix Sementara proses berpikir kreatif siswa dapat dilihat dari tahapan yang dilalui ketika memecahkan masalah. Tahapan proses berpikir kreatif tersebut menurut Wallas ialah: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Hasil yang diperoleh dari analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa termasuk kelompok kurang kreatif (TBK 1). Hal tersebut dapat dilihat dari persentase tingkat berpikir kreatif TBK 0, TBK 1, dan TBK 2 yang berturut-turut adalah 34,29%, 60%, dan 5,71%. Artinya lebih dari 50% siswa kelas VII A di SMPN 10 Jember berada pada tingkat berpikir kreatif TBK 1, sementara yang berada pada tingkat berpikir kreatif TBK 2 hanya dua siswa atau 5,71% dari jumlah siswa. Jika dilihat dari proses berpikir kreatif siswa, siswa TBK 0, TBK 1, dan TBK 2 semua melalui tahap proses berpikir sebagaimana yang dikemukakakan Wallas. Hanya saja cara mereka melalui tahapan tersebut berbeda. Pada tahap awal ketiga subyek melakukan persiapan dengan baik. Pada tahap inkubasi masing-masing subyek memiliki cara berbeda dalam mencari solusi. Sementara pada saat pengerjaan atau iluminasi, pemecahan masalah masing-masing subyek dipengaruhi oleh tingkat kreativitas mereka, subyek dengan TBK 2 memberikan alternatif jawaban lebih banyak dibandingkan subyek dengan TBK 1 dan TBK 0. Dan pada tahap akhir, subyek dengan TBK 0 hanya memeriksa jawaban pada saat mengerjakan, sementara subyek dengan TBK 1 dan TBK 2 memeriksa kembali jawabannya dengan mensubsitusikan jawaban pada rumus yang digunakan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBerpikir Kreatifen_US
dc.titleProses Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Tingkat Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Soal Cerita Sub Pokok Bahasan Keliling dan Luas Segiempat Berbasis Tahapan Wallas;en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record