Show simple item record

dc.contributor.advisorSugiarti, Titik
dc.contributor.advisorKurniati, Dian
dc.contributor.authorIsvina, Wisas Yuan
dc.date.accessioned2015-12-04T07:11:34Z
dc.date.available2015-12-04T07:11:34Z
dc.date.issued2015-12-04
dc.identifier.nim110210101034;
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66467
dc.description.abstractMenurut Stoltz (dalam Mahendra, 2011) Adversity Quotient (AQ) merupakan suatu kecerdasan atau kemampuan dalam merubah, mengolah sebuah permasalahan atau kesulitan, dan menjadikanya sebuah tantangan yang harus diselesaikan supaya tidak menghalangi cita-cita dan prestasi yang akan diraih. Adversity Quotient dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: AQ rendah (quitter), AQ sedang (camper), dan AQ tinggi (climber). Permasalahan yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika (Jazuli, 2009: 209). Kusumaningrum (2012: 2) mencermati pentingnya mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam pembelajaran matematika sehingga perlu adanya upaya inovatif untuk dapat memecahkan permasalahan. Salah satu solusi yang dipandang mampu menyelesaikan permasalahan yaitu dengan mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika dalam pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah matematika. Penhoken (dalam Fauziyah, 2013:77) mengemukakan bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Pedoman yang digunakan untuk mengetahui proses berpikir kreatif siswa adalah proses kreatif yang dikembangkan oleh Wallas yang meliputi empat tahap yaitu: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada penelitian ini, diambil materi geometri yaitu bangun datar yang diajarkan di kelas VII pada semester genap dengan pokok bahasan segiempat khususnya trapesium. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa dengan AQ tinggi (climber), AQ sedang (camper), dan ix AQ rendah (quitter) kelas VII-C SMP Negeri 1 Jember dalam memecahkan masalah sub pokok bahasan trapesium berdasarkan tahapan Wallas. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses berpikir kreatif dalam memecahkan masalah sub pokok bahasan trapesium berdasarkan tahapan Wallas ditinjau dari Adversity Quotient siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah Adversity Response Profile (ARP), tes, pedoman wawancara, dan lembar validasi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, wawancara, dan angket. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah data hasil tes pemecahan masalah dan hasil wawancara mendalam terhadap jawaban siswa. Berdasarkan data hasil validasi tes berdasarkan validasi isi dan konstruksi dengan beberapa komponen penguji, maka diperoleh bahwa tes tersebut valid dengan koefisien kevalidan 4,54 sehingga soal tes tersebut dapat digunakan dengan beberapa revisi sesuai dengan saran revisi yang telah diberikan validator. Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilakukan revisi terhadap soal tes pemecahan masalah. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas tes mengunakan rumus alpha. Setelah menganalisa hasil uji coba tes, akhirnya diperoleh tes yang memiliki reliabilitas tinggi sehingga soal tersebut dapat digunakan. Setelah data hasil wawancara diperoleh, kemudian dianalisis bahwa siswa dengan AQ tinggi (climber) banyak menunjukkan adanya karakteristik berpikir kreatif yang sesuai dengan kategori climber, siswa dengan AQ sedang (camper) cenderung menunjukkan beberapa karakteristik berpikir kreatif yang lebih sesuai dengan kategori peralihan dari quitter menuju camper, dan siswa dengan AQ rendah (quitter) tidak menunjukkan karakteristik berpikir kreatif yang sesuai dengan kategori quitter. Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan beberapa saran yaitu kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan triangulasi sumber dengan melakukan uji coba di kelas lain guna memperoleh pembanding subjek penelitian. Selain itu memberikan informasi yang lebih jelas pada soal tes pemecahan masalah agar benar-benar bisa menelusuri proses berpikir kreatif siswa.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBerpikir Kreatifen_US
dc.titleProses Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Sub Pokok Bahasan Trapesium Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 1 Jember;en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record