Show simple item record

dc.contributor.advisorSupriyadi
dc.contributor.advisorAdhiningasih
dc.contributor.authorSetyawan, Faishal Hardi
dc.date.accessioned2015-12-04T03:03:36Z
dc.date.available2015-12-04T03:03:36Z
dc.date.issued2015-12-04
dc.identifier.nim080910101029
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66405
dc.description.abstractGerakan separatis merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan kelompok manusia atau suatu wilayah dari suatu kelompok atau wilayah yang sebelumnya bersatu (utuh). Munculnya ide separatisme bisa memicu terjadinya sebuah disintegrasi bangsa. Disintegrasi secara harfiah bisa dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling terpisah. Dalam kondisi seperti ini negara dianggap gagal untuk mengayomi dan menjaga keutuhan bangsanya. Disintegrasi bangsa seperti ini juga terjadi di negara Sudan. Sudan dalam sejarahnya telah mengalami sebuah disintegrasi bangsa. Disintegrasi bangsa yang terjadi di Sudan disebabkan oleh munculnya gerakan separatis Sudan’s People Liberation Army (SPLA) pada tahun 1983. Gerakan separatis SPLA ini dipimpin oleh John Garang De Mabior sebagai bentuk perlawanan atas ketidakpuasan terhadap tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat Sudan. Dalam aksinya, SPLA juga mendapatkan dukungan dari pihak luar, di antaranya adalah Israel dan Amerika Serikat melalui Ethiopia. Sejak berdirinya SPLA di tahun 1983, Ethiopia telah berkontribusi banyak terhadap penyediaan senjata dan pelatihan militer terhadap anggota SPLA, sehingga mempengaruhi dinamika peperangan sipil yang terjadi antara Sudan bagian utara dan Sudan bagian selatan. Konflik antara Pemerintah Pusat Sudan dan Gerakan separatis SPLA akhirnya berhasil dihentikan setelah tercapainya kesepakatan Perjanjian Damai Menyeluruh / Comprehensive Peace Agreement (CPA) di Naivasha, Kenya, pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan meneliti faktor-faktor pemicu munculnya gerakan separatis Sudan’s People Liberation Army (SPLA) di Sudan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian tersebut meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis data. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka untuk memperoleh data sekunder kemudian menganalisis dengan mengembangkan teori yang ada sesuai fakta-fakta umum yang tersedia dan kemudian menarik generalisasi yang bersifat khusus. Dalam hal ini, metode analisis deskriptif akan menjelaskan suatu peristiwa dengan mempertimbangkan kesimpulan sebagai konsekuensi logis dari permasalahan yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang munculnya gerakan separatis Sudan’s People Liberation Army (SPLA) di Sudan disebabkan karena Pemerintah pusat Sudan di Khartoum tidak memperhatikan pembangunan (ekonomi) di daerah Sudan bagian selatan, penerapan hukum yang tidak adil (karena perbedaan ras dan adat istiadat) sehingga menghasilkan diskriminasi ras dan agama oleh pemerintah pusat Sudan, munculnya semangat kedaerahan (sukuisme) di Sudan bagian selatan, dan adanya propaganda pihak asing dalam kekacauan konflik di Sudan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectGerakan Separatisen_US
dc.subjectSudan’s People Liberation Army (SPLA)en_US
dc.titleGERAKAN SEPARATIS SUDAN’S PEOPLE LIBERATION ARMY (SPLA) DI SUDANen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record