dc.description.abstract | China memiliki ketergantungan perekonomian yang sangat tinggi terhadap
bidang industri. Kegiatan perindustrian di China menggunakan batu bara sebagai
sumber energinya. Gas sulfur dioksida (SO2) yang dihasilkan dari pembakaran
baru bara meningkat lebih cepat. Emisi gas rumah kaca (GRK) yang tinggi dapat
menimbulkan dampak yang buruk. Dampak yang ditimbulkan tersebut terjadi di
dalam negeri China, tapi juga di luar negara China.
Untuk meminimalkan dampak buruk dari penggunaan emisi GRK,
pemerintah China melakukan beberapa upaya melalui penerapan mekanisme
Clean Development Mechanism (CDM). Upaya-upaya tersebut adalah dengan
mengeluarkan kebijakan-kebijakan, diantara lain yaitu pertama, menerapkan
kebijakan Upgraded Brown Coal (UBC) pada batu bara, yaitu menurunkan kadar
air dalam batu bara dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Kedua,
menerapkan kebijakan proses pembakaran melalui proses Fluidized Bed
Combustion (FBC), yaitu dengan membakar batu bara di boiler. Ketiga,
menerapkan kebijakan proses pembakaran melalui proses denitrifikasi,
desulfurisasi, dan electrostratic precipitator, yaitu mengurangi emisi SO2, NO2,
dan CO2 yang dihasilkan dari boiler. Keempat, menerapkan Cascading Style
Sheets (CSS), di mana karbondioksida yang dilepas dari batu bara yang terbakar
ditangkap, dan dibuang di bawah tanah atau laut. Kelima, penutupan pabrikpabrik,
yaitu untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang mengingkatkan besarnya
jumlah emisi. Keenam, pembatasan penggunaan kantong plastik, yaitu dengan
membatasi penggunaan kantong plastik dan melarang menggunakan tas plastik
sebagai barang belanjaan. Ketujuh, pemberlakuan kendaraan, yaitu dengan
membatasi kepemilikan jumlah kendaraan pribadi dan lebih mengoptimalkan
operasional kendaraan umum, juga melakukan pemberlakuan pengaturan
kendaraan berdasarkan plat nomor ganjil dan genap. Dengan penerapan
mekanisme CDM ini China bisa menurunkan emisi GRK dari industri batu
baranya. | en_US |