HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU, KELUARGA, DAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN STATUS KELUARGA SADAR GIZI PADA KELUARGA ANAK BALITA (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Prajekan, Kabupaten Bondowoso)
Abstract
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah keluarga yang seluruh anggota
keluarganya melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah
kesehatan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil
langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi yang dijumpai oleh anggota
keluarganya. Keluarga dikatakan mencapai status kadarzi jika telah melaksanakan
lima indikator yaitu menimbang berat badan secara teratur, memberikan Air Susu
Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif),
makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium dan minum suplemen
gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik ibu,
keluarga, dan pelayanan kesehatan terhadap status Kadarzi pada keluarga balita
usia 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Prajekan, Kabupaten Bondowoso,
yang dilakukan pada bulan Januari-Februari 2015 dan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu keluarga yang memiliki balita
usia 6-59 bulan pada bulan Januari 2015 di Kecamatan Prajekan, Kabupaten
Bondowoso sebanyak 1.266 keluarga. sampel minimal yang dapat mewakili
populasi adalah 83 keluarga balita, akan tetapi peneliti mengambil sampel
sebanyak 100 keluarga balita. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik
simple random sampling. Tekhnik analisis data dengan menggunakan uji statistik
koefisien phi dan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga anak balita yang memiliki
status Kadarzi hanya sebesar 22%, dan keluarga balita yang berstatus tidak
Kadarzi sebesar 78%. Berdasarkan hasil penelitian, persentase balita yang
ditimbang secara teratur yaitu 77%, pemberian ASI eksklusif yaitu 76%,
konsumsi makanan beranekaragam sebesar 42%, penggunaan garam beryodium
sebesar 79%, dan pemberian suplemen gizi yaitu 100%. Sebagian besar
pengetahuan ibu dalam kategori sedang, memiliki pendidikan yang rendah,
mendapatkan pelayanan petugas kesehatan/kader, dan telah mendapat informasi
terkait Kadarzi. Berdasarkan uji statistik didapatkan ada hubungan antara
pendidikan, pengetahuan, pelayanan petugas kesehatan/kader, dan keterpaparan
informasi Kadarzi dengan status Kadarzi. Kemudian, tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara umur ibu, pekerjaan, sikap, besar keluarga, pendapatan
keluarga, sarana pelayanan kesehatan, jarak dan waktu tempuh ke sarana
pelayanan kesehatan dengan status Kadarzi. Berdasarkan analisis ditemukan
bahwa pendidikan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap status
Kadarzi pada keluarga balita.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu pembuatan program
baru yaitu “Kampung Kadarzi” untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi
masyarakat terkait Kadarzi. Diperlukan patisipasi dan motivasi masyarakat untuk
berjalannya program tersebut. Selain itu, masyarakat sebaiknya memanfaatkan
lahannya untuk menanam tanaman, buah, dan sebagainya agar masyarakat dapat
makan makanan beraneka ragam.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]