Show simple item record

dc.contributor.advisorMoelyaningrum, Anita Dewi
dc.contributor.advisorEllyke
dc.contributor.authorSu’udiyah, Imroatus
dc.date.accessioned2015-12-03T01:31:17Z
dc.date.available2015-12-03T01:31:17Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim112110101108
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66020
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi kekayaan alam yang melimpah, salah satunya adalah mineral garam terlarut dalam air laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan garam. Area penggaraman terluas di Indonesia adalah Pulau Madura yang dikenal sebagai pulau garam. Garam di Pulau Madura sangat bergantung pada kualitas air laut perairan Selat Madura. Kondisi lingkungan perairan yang cenderung berubah akibat perubahan iklim, menumpuknya berbagai polutan, bahkan konsekuensi dari buangan lumpur Lapindo berpengaruh besar terhadap kualitas air laut perairan Selat Madura. Selat Madura juga menjadi muara dari beberapa sungai besar yang berpotensi untuk membawa bahan pencemar. Wilayah pesisir dan laut merupakan tempat pembuangan akhir dari semua jenis limbah yang dihasilkan oleh aktifitas manusia di darat maupun di laut, termasuk limbah yang mengandung logam berat seperti Pb. Sementara itu, salah satu syarat mutu garam adalah kadar Pb pada garam tidak melebihi 10 ppm. Logam Pb adalah logam berat yang sangat beracun. Logam Pb menjadi sangat berbahaya bagi tubuh meskipun yang diserap hanya sedikit. Pulau Madura merupakan sebuah pulau yang terdiri atas empat kabupaten yaitu paling barat adalah Kabupaten Bangkalan dan yang paling timur adalah Kabupaten Sumenep. Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten yang paling dekat dengan daerah-daerah industri seperti Surabaya, Gresik dan Pasuruan serta muara Sungai Porong. Sebaliknya, Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang paling jauh dengan beberapa ix lokasi yang berpotensi menjadi sumber pencemar Pb di Selat Madura. Perbedaan tersebut dimungkinkan akan mempengaruhi kadar Pb pada garam yang bersumber dari perairan Selat Madura di kedua kabupaten. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan kadar Pb pada garam dengan bahan baku dari perairan Selat Madura di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analitik serta rancangan penelitian secara cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 30 sampel dengan menggunakan Multistage sampling. Informan penelitian terdiri dari 2 petani garam yang merupakan ketua kelompok petani garam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan proses pembuatan garam di kedua kabupaten meliputi tahap pra produksi, proses produksi dan pasca produksi. Ratarata kadar Pb pada garam di Kabupaten Bangkalan adalah 0,104 ppm dan di Kabupaten Sumenep adalah 0,126 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar Pb pada garam di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep masih berada di bawah batas maksimum cemaran Pb pada garam sesuai SNI 3556-2010 tentang garam beryodium yaitu 10 ppm. Terdeteksinya kadar Pb pada garam di kedua kabupaten menunjukkan bahwa garam tersebut terkontaminasi oleh Pb meskipun dalam kadar yang kecil. Menurut Widowati et al., (2008), pencemaran Pb berasal dari sumber alami maupun limbah hasil aktivitas manusia, baik di lingkungan air, udara maupun darat. Berdasarkan hal tersebut, adanya kontaminasi Pb pada garam dapat bersumber dari Pb di lingkungan. Kontaminasi Pb pada garam dapat bersumber dari lingkungan perairan laut sebagai sumber bahan baku, lingkungan tanah sebagai media / tempat produksi garam dan lingkungan udara dimana proses produksi garam berlangsung di lahan terbuka. Beberapa aktivitas manusia yang berpotensi menghasilkan buangan Pb ke lingkungan adalah kegiatan pertambangan minyak di Kabupaten Sumenep dan industri galangan kapal di Kabupaten Bangkalan serta kegiatan pertanian dan buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan bahan bakar bertimbal, baik di Kabupaten Sumenep maupun Bangkalan. Hasil uji statistik menggunakan uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar Pb pada garam di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectLOGAM BERAT TIMBALen_US
dc.subjectPERBEDAAN KADARen_US
dc.titlePERBEDAAN KADAR LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA GARAM DI KABUPATEN BANGKALAN DAN KABUPATEN SUMENEPen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record