PEMENUHAN KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA BERBASIS SEKOLAH (Studi Komparatif antara Sekolah Dengan Fasilitas PIK-R dan Sekolah Tanpa Fasilitas PIK-R)
Abstract
Pada tahun 2014, 36% penyalah guna narkoba di Jember merupakan remaja diusia 18-25 tahun. Selanjutnya, dari 1489 penderita HIV-AIDS di Kabupaten Jember, 18% diantaranya merupakan remaja diusia 15-24 tahun dan terus meningkat di setiap tahunnya. Selain itu, masalah kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten Jember lainya yaitu berhubungan seksual pranikah. Survei kesehatan reproduksi pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 1 dari 20 siswa SMA di Kabupaten Jember pernah berhubungan seksual pranikah. Dampak yang ditimbulkan dari masalah kesehatan reproduksi remaja dikemudian hari diantaranya kehamilan remaja, aborsi, kematian ibu dan bayi, serta penularan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu pembentukan SDM berkualitas.
Akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi sangat berpengaruh terhadap perilaku berisiko remaja. Pelayanan kesehatan reproduksi yang ideal bagi remaja terutama yaitu pelayanan dapat memenuhi kebutuhan remaja yang terdiri atas pelayanan KIE, pelayanan pemeriksaan fisik, dan pelayanan khusus bagi remaja bermasalah. PIK-R merupakan program kesehatan reproduksi remaja yang memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Selain itu, terdapat UKS, BK, dan pendidikan kesehatan reproduksi pada mata pelajaran yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang membandingkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi antara sekolah dengan fasilitas PIK-R dengan sekolah tanpa fasilitas PIK-R.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik dengan disain penelitian cross sectional. Subjek I penelitian ini yaitu siswa dengan jumlah sampel 204 orang melalui metode stratified random sampling. Sedang subjek II yaitu pengelola pelayanan kesehatan reproduksi di sekolah meliputi Ketua PIK-R, koordinator UKS, koordinator BK/Pembina PIK-R, dan koordinator mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penelitian dilaksanakan pada Februari-April 2015. Penelitian dilakukan di SMK 2 Pancasila sebagai sekolah dengan fasilitas PIK-R dan SMK Kartini sebagai sekolah tanpa fasilitas PIK-R. Metode pengumpulan data dengan angket kepada siswa serta wawancara dan studi dokumentasi pada pelayanan kesehatan reproduksi di sekolah. Analisis
viii
data terdiri dari analisis univariabel dan analisis bivariabel menggunakan chi-square dengan α=0,05.
Identifikasi pada pelayanan kesehatan reproduksi di sekolah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada pelaksanaanya. Sekolah dengan fasilitas PIK-R telah melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi, pemeriksaan kesehatan fisik, dan pelayanan khusus bagi remaja terindikasi menggunakan NAPZA. Sedangkan sekolah tanpa fasilitas PIK-R hanya melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi.
Analisis pada perilaku kesehatan reproduksi siswa menunjukkan bahwa proporsi siswa dengan pengetahuan yang baik terkait dengan kesehatan reproduksi lebih besar pada sekolah dengan fasilitas PIK-R dari pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R. Demikian halnya dengan sikap, proporsi siswa dengan sikap yang terkategori baik terhadap kesehatan reproduksi lebih besar pada sekolah dengan fasilitas PIK-R dari pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R. Sedang tindakan siswa tidak menunjukkan perbedaan secara bermakan antara siswa di kedua sekolah. Analisis pada permintaan pelayanan kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemintaan pelayan di antara kedua sekolah yang meliputi permintaan terhadap pelayanan KIE, pemeriksaan kesehatan fisik, pelayanan khusus remaja pengguna NAPZA dan pelayanan khusus remaja hamil.
Hasil analisis pada pemanfaatan siswa terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah menunjukkan bahwa proporsi siswa yang pernah memanfaatkan pelayanan UKS dan BK lebih besar pada sekolah dengan fasilitas PIK-R dari pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R. Sedangkan proporsi siswa yang pernah memanfaatkan pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi lebih besar pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R dari pada sekolah dengan fasilitas PIK-R. Pengukuran kepuasan menunjukkan bahwa proporsi siswa yang menyatakan puas terhadap pelayanan pendidikan kesehatan reproduksi lebih besar pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R dari pada sekolah dengan fasilitas PIK-R. Sedangkan pada pelayanan UKS dan BK tidak menunjukkan perbedaan kepuasan di antara kedua sekolah.
Pengukuran pemenuhan kebutuhan menunjukkan bahwa proporsi siswa dengan kebutuhan yang terpenuhi pada pelayanan pemeriksaan fisik dan pelayanan khusus bagi remaja pengguna NAPZA lebih besar pada sekolah dengan fasilitas PIK-R dari pada sekolah tanpa fasilitas PIK-R. Sedangkan proporsi siswa dengan kebutuhan yang terpenuhi pada pelayanan KIE kesehatan reproduksi dan pelayanan khusus bagi remaja hamil tidak menunjukkan perbedaan di antara kedua sekolah.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]