OTONOMI DAN TINDAKAN PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA PEREMPUAN YANG MENIKAH DIBAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI
Abstract
Pelayanan antenatal dan kontrasepsi merupakan dua bentuk tindakan pencarian pelayanan kesehatan reproduksi yang harus terpenuhi pada perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun untuk menekan fertilitas dan menurunkan risiko kesakitan dan kematian akibat kehamilan dan persalinan berisiko. Perempuan yang menikah di usia muda memiliki masa reproduksi yang lebih panjang sehingga pemakaian alat kontrasepsi harus terpenuhi. Tingginya fertilitas pada perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun ditunjukkan oleh ASFR pada remaja usia 15-19 tahun di Indonesia yang meningkat dari 35/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 45/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Perempuan yang menikah muda merupakan kelompok yang berisiko tinggi terhadap kesakitan dan kematian akibat kehamilan dan persalinan sehingga dapat mendorong peningkatan AKI/AKB di Indonesia. Otonomi merupakan salah satu kunci utama yang menentukan tindakan pencarian pelayanan kesehatan reproduksi pada perempuan, oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis otonomi perempuan dan tindakan pencarian pelayanan kesehatan reproduksi dan hubungan antar keduanya berdasarkan karakteristik sosiodemografi di Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Licin yang merupakan kecamatan dengan angka pernikahan dibawah usia 20 tahun tertinggi di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 yaitu sebesar 86,75%. Jenis penelitian adalah analitik dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan Januari hingga April 2015. Subjek penelitian adalah perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun yang tercatat pada KUA periode 2010-2012 di seluruh wilayah Kecamatan Licin. Populasi penelitian sejumlah 252 orang dan terpilih sampel sebanyak 130 orang yang dipilih dengan
viii
metode simple random sampling. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan diolah dengan salah satu aplikasi komputer pengolah data. Data dianalisis secara univariabel untuk mengetahui frekuensi dan proporsi setiap variabel, bivariabel dengan uji chi-square, dan multivariabel dengan uji regresi logistik metode Enter dengan α=5%.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa mayoritas perempuan memiliki 1 anak hidup dan tidak bekerja; sebagian besar berpendidikan dasar, berada pada keluarga besar, berada pada keluarga dengan pendapatan dibawah UMK dan mendapat intensitas paparan media KB sedang; serta seluruh perempuan mendapat intensitas paparan media ANC rendah. Berdasarkan pengukuran otonomi dan keempat elemen otonomi didapatkan bahwa lebih dari setengah perempuan memiliki otonomi tinggi, mayoritas memiliki otonomi tinggi dalam pembuatan keputusan keuangan dan keputusan rumah tangga, sebagian besar memiliki kebebasan fisik yang rendah dan sikap yang rendah terhadap kekerasan suami pada istri dan sikap terhadap penolakan berhubungan seks dengan suami. Prosentase perempuan yang menggunakan kontrasepsi sebesar 91,5%, sedangkan 33,1% perempuan berstatus ANC tidak lengkap.
Proporsi tingkat otonomi tinggi lebih banyak pada perempuan dengan tingkat pendidikan menengah (p=0,033; OR 2,56; 95% CI 1,06-6,15), bekerja (p=0,021; OR 5,4; 95% CI 1,12-25,48) dan berada pada keluarga dengan pendapatan diatas UMK (p=0,048; OR 2,1; 95% CI 1,00-4,45). Proporsi perempuan yang menggunakan kontrasepsi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan seluruh karakteristik sosiodemografi dan tingkat otonomi sedangkan proporsi perempuan dengan status ANC lengkap lebih banyak pada perempuan dengan pendapatan keluarga diatas UMK (p=0,000; OR 41,1; 95% CI 5,41-311,66), tingkat pendidikan menengah (p=0,003; OR 5,7; 95% CI 1,61-20,03), otonomi tinggi secara umum (p=0,000; OR 11,4; 95% CI 4,52-28,92), otonomi tinggi dalam pembuatan keputusan keuangan (p=0,047; OR 3,7; 95% CI 1,15-12,27), otonomi tinggi dalam pembuatan keputusan rumah tangga (p=0,000; OR 9,6; 95% CI 2,52-36,76), kebebasan fisik yang tinggi (p=0,000; OR 5,8; 95% CI 2,32-14,37), serta memiliki otonomi tinggi
ix
dalam bersikap terhadap kekerasan suami pada istri dan sikap terhadap penolakan berhubungan seks dengan suami (p=0,003; OR 4; 95% CI 1,51-10,37).
Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa tingkat kebebasan fisik perempuan (OR 10,9; 95% CI 1,29-91,78) terbukti berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi dengan mempertimbangkan tingkat ekonomi perempuan (OR 0,3; 95% CI 0,07-0,95). Pada variabel kelengkapan ANC didapatkan hasil bahwa tingkat otonomi perempuan (OR 13; 95% CI 44,09-38,28) terbukti berpengaruh terhadap status kelengkapan ANC dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan (OR 6; 95%CI 1,35-26,92) dan tingkat ekonomi perempuan (OR 56,5; 95% CI 6,8-469,87).
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]