Show simple item record

dc.contributor.authorAan Khunaifi
dc.date.accessioned2013-12-09T03:46:54Z
dc.date.available2013-12-09T03:46:54Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM081510501055
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6586
dc.description.abstractMasalah yang dihadapi petani terutama sejak revulosi hijau, adalah serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Salah satu hama yang sering merusak tanaman padi pada fase generatif adalah hama walangsangit (Leptocorisa acuta Thunberg). Untuk menghadapi masalah tersebut petani mengembangkan suatu bahan untuk mengendalikannya, yaitu dengan pestisida. Mengingat dampak negatif dari pestisda maka perlu suatu usaha dalam pengendalian hama pada tanaman. Sudah diketahuai sejak lama bahwa walangsangit tertarik dengan bahanbahan yang membusuk. Diduga bahwa bau bangkai dikonsumsi oleh walangsangit jantan untuk menghasilkan senyawa pemikat (feromon seks) bagi walangsangit betina dalam proses perkawinan. Dari pernyataan tersebut muncul sebuah ide dalam pengendalian hama walangsangit dengan memanfaatkan bau busuk dari telur yang telah membusuk untuk dijadikan sebagai bahan umpan hama walangsangit. Telur merupakan sumber protein hewani yang paling tinggi dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bau telur yang membusuk amatlah menyengat, bau menyengat dari telur yang mulai membusuk disebabkan oleh adanya gas Hidrogen Sulfida (H2S), hidrogen sulfida berasal dari kegiatan dekomposisi protein dan lemak yang dikandung oleh telur Penelitian yang berjudul “Pengaruh Waktu Aplikasi Umpan Telur Busuk Sebagai Perangkap Walangsangit (Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman Padi” yang bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui umpan yang paling disukai walangsangit terhadap bau bangkai ketam dan telur busuk, (2) Untuk mengetahui kemampuan daya tahan perangkap pada hari kelima antara telur busuk dengan bangkai ketam sebagai umpan perangkap hama walangsangit, (3) Untuk vi mengetahui jumlah serangga lain yang terperangkap antara penggunaan umpan bangkai ketam dan telur busuk Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan yaitu bangkai ketam (B0), telur ayam kampung (B1), telur ayam horn (B2), telur angsa (B3), telur bebek (B4), telur puyuh (B5) dan masing- masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umpan yang paling disukai pada perlakuan B0 dengan menggunakan bangkai ketam, dan umpan dari telur yang paling disukai pada perlakauan B4 dengan menggunakan bau telur bebek dan telur ayam horn kurang disukai dalam menjerat walangsangit. Daya tahan tangkapan pada hari kelima menunjukkan bahwa bangkai ketam pada pengamatan hari ke-1 samapai dengan ke-3 jumlah tangkapan walangsangit paling banyak menarik hama walangsangit, pada hari ke4 dan kelima jumlah tangkapan dengan bau bangkai ketam turun semakin sedikit jumlah tangkapannya. Jenis serangga lain yang ikut terperangkap adalah jenis belalang pedang (Tettgonidae) dan Jenis lalat semai padi (Athergona exigua Stein), Bau dengan menggunakan telur busuk memiliki jumlah tangkapan serangga lain paling banyak dibandingkan dengan bau bangkai ketam. Bau telur busuk yang paling baik di gunakan untuk umpan perangkap hama walangsangit adalah telur bebek.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081510501055;
dc.subjectTanaman Padien_US
dc.titlePENGARUH WAKTU APLIKASI UMPAN TELUR BUSUK SEBAGAI PERANGKAP WALANGSANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record