Show simple item record

dc.contributor.advisorDewi P.S, Anita
dc.contributor.advisorIsmi H, Ragil
dc.contributor.authorKrisdianto
dc.date.accessioned2015-12-02T07:04:00Z
dc.date.available2015-12-02T07:04:00Z
dc.date.issued2015-12-02
dc.identifier.nim102110101061
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65846
dc.description.abstractKeluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit yang disebabkan oleh lingkungan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan atau keluhan muskuloskeletal yang diperburuk oleh kondisi pekerjaan. Faktor risiko terhadap keluhan muskuloskeletal akibat kerja diantaranya: faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Pekerja sektor informal dianggap sebagai pekerja kasar (blue collar) sebagai pekerja pada pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Nelayan tradisional sebagai salah satu jenis pekerjaan sektor informal pada proses kerjanya banyak menggunakan tenaga manusia yang membutuhkan pengerahan tenaga yang besar. Kondisi ini mengakibatkan peregangan otot yang berlebihan (over exertion). Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan maksimal otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat memperbesar risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor individu dan faktor pekerjaan berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 92 responden yang tersebar di dua dusun di Desa Puger Wetan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan penyebaran ix kuesioner dan observasi langsung pada proses kerja untuk dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Body Assesment (REBA). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden yaitu 89 responden mengalami keluhan muskuloskeletal akibat kerja, yakni keluhan pada bagian leher, lengan atas, punggung, paha dan betis. Responden bekerja dalam posisi tubuh yang tidak ergonomis hal ini berdasarkan penilaian postur kerja dengan menggunakan REBA yang didapatkan hasil risiko tinggi sampai risiko sangat tinggi. Berdasarkan uji bivariat dengan uji asosiasi lamba hasil penelitian ini menunjukkan untuk faktor individu yang memiliki hubungan dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja adalah usia dan IMT. Sedangkan kebiasaan merokok, masa kerja dan kebiasaan olahraga menunjukkan tidak ada hubungan dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja. Faktor pekerjaan berdasarkan REBA juga menunjukan adanya hubungan dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja. Saran yang dapat diberikan adalah Puskesmas diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja khususnya pada sektor informal, mengintensifkan pemeriksaan kesehatan pada nelayan, melakukan sosialisasi terkait bahaya ergonomi dan pengendaliannya. Sedangkan untuk nelayan diharapkan lebih memahami dan meminimalisir bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja utamanya bahaya ergonomik. Selain itu nelayan harus menggunakan waktu istirahat dan waktu libur kerja dengan tepat untuk memulihkan kondisi kesegaran tubuh.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectFAKTOR INDIVIDUen_US
dc.subjectFAKTOR PEKERJAANen_US
dc.subjectMUSKULOSKELETALen_US
dc.titleHUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL AKIBAT KERJA (STUDI PADA NELAYAN DI DESA PUGER WETAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record