Show simple item record

dc.contributor.advisorRestanto, Didik Pudji
dc.contributor.advisorAsyiah, Iis Nur
dc.contributor.authorIsnandza D., Hiqma Widya
dc.date.accessioned2015-12-02T02:52:32Z
dc.date.available2015-12-02T02:52:32Z
dc.date.issued2015-12-02
dc.identifier.nim110210103025
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65680
dc.description.abstractTembakau merupakan bahan baku utama dalam pembuatan cerutu. Di Indonesia, produksi tembakau cerutu banyak dikembangkan di daerah Deli (Sumatera Utara), Klaten (Jawa Tengah), dan Eks Karesiden Besuki (Jawa Timur). Pembuatan cerutu memerlukan tiga jenis tembakau yang disesuaikan dengan fungsinya. Ketiga jenis tembakau tersebut menuntut daun yang seragam baik dari segi aroma, ukuran, maupun warna daunnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pembudidayaan yang tepat agar memperoleh daun tembakau yang seragam dan berkualitas. Selama ini, pembudidayaan tanaman tembakau masih menggunakan metode konvensional yakni pembibitan tembakau melalui biji. Pembibitan melalui biji menghasilkan sifat-sifat genetik individu anakan masih heterogen dan tidak sama persis dengan induknya. Salah satu upaya budidaya tanaman tembakau yang dapat menghasilkan sifat-sifat genetik individu anakan sama persis dengan induknya (homogen), menghasilkan bibit dalam jumlah banyak pada waktu yang relatif singkat dan tidak tergantung dengan musim adalah menggunakan kultur jaringan (in vitro). Keberhasilan kultur jaringan tergantung dari beberapa faktor salah satunya adalah penambahan ZPT dalam media tanam yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan. ZPT yang sering digunakan pada kultur jaringan tembakau adalah jenis auksin dan sitokinin yang dapat memicu terjadinya oganogenesis baik secara langsung (direct organogenesis) maupun secara tidak langsung (indirect organogenesis). Beberapa penelitian lebih menekankan organogenesis secara tidak langsung dari pada organogenesis secara langsung. Oleh sebab itu, perlu adanya pengkajian terhadap komposisi ZPT yang dapat menghasilkan organogenesis secara langsung. ZPT BAP merupakan salah satu ZPT yang dapat menginduksi tunas secara x langsung. Namun pengkajian tentang variasi konsentrasi BAP untuk mengoptimalkan organogenesis secara langsung tersebut masih sangat kurang khususnya untuk tanaman tembakau. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi ZPT BAP terhadap multiplikasi tunas dan mengetahui konsentrasi optimal ZPT BAP yang memberikan pertumbuhan terbaik terhadap multiplikasi tunas tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Maret 2015. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu multiplikasi tunas, induksi akar, dan aklimatisasi. Tahap pertama yakni tahap multiplikasi tunas dengan satu faktor tunggal yaitu variasi konsentrasi BAP dalam media MS yang terdiri dari 5 taraf konsentrasi, yaitu: 0 ppm; 0,5 ppm; 1,0 ppm; 1,5 ppm; 2,0 ppm dan masing-masing taraf konsentrasi terdiri dari 5 kali ulangan. Penelitian kemudian dilanjutkan pada tahap induksi akar yang terbagi menjadi satu perlakuan dan satu kontrol. Perlakuan berupa pemberian 1 ppm IBA yang terdiri dari 4 kali ulangan, dan perlakuan kontrol berupa media MS (MS0) tanpa pemberian ZPT dengan 1 kali ulangan. Tahap terakhir adalah aklimatisasi, planlet ditanam dalam media kompos dan ada 3 kali ulangan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan-perlakuan tersebut, maka analisis akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ZPT BAP terhadap multiplikasi tunas tanaman tembakau (N. tabacum L.), sedangkan konsentrasi optimal ZPT BAP yang memberikan pertumbuhan terbaik terhadap multiplikasi tunas tanaman tembakau (N. tabacum L.) adalah pada konsentrasi 1 ppm yaitu sebesar 27-28 tunas. Pada tahap induksi akar, perlakuan 1 ppm IBA memberikan pertumbuhan akar lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol pada masing-masing parameter pengamatan dan pada tahap aklimatisasi, seluruh planlet memiliki presentase daya hidup planlet sebesar 100 %.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectMultiplikasi Tunasen_US
dc.titlePENGARUH KONSENTRASI BAP (6-BENZYL AMINO PURIN) TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) MELALUI TEKNIK IN VITROen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record