dc.description.abstract | Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru, hasil
pembelajaran kemampuan berbicara dengan kompetensi dasar (KD) :
Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar secara runtut
kelas III B SDN Ajung 03 Jember masih belum secara optimal. Faktor kurang
optimalnya berbicara siswa dikarenakan kurangnya kesempatan yang diberikan
guru kepada siswa untuk berlatih berbicara atau mengungkapkan pendapatnya
sehingga siswa kurang percaya diri dan tidak terampil serta kurang lancar dalam
berbicara, maka untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran
yang membuat siswa tertarik untuk belajar dan berlatih berbicara secara tepat dan
lancar dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan cara memilih model
pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat Student
Centre (berpusat pada siswa). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray adalah suatu pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok, dalam
kelompoknya menggunakan pola dua tinggal dua tamu. Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4 anggota siswa yang
heterogen.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimanakah proses
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk
meningkatkan hasil belajar kemampuan berbicara siswa kelas III di SDN Ajung
03 Jember?, dan 2) bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas III SDN
x
Ajung 03 Jember setelah diterapkan model pebelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray?
Penelitian ini dilakukan di SDN Ajung 03 Jember Tahun Pelajaran
2014/2015. Penentuan subyek penelitian menggunakan metode populasi, yaitu di
kelas IIIB dengan jumlah siswa sebanyak 44 siswa. Jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tahap penelitian tindakan yang meliputi
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Untuk memperoleh data
dalam penelitian ini digunakan metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan
tes.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilakukan dalam lima
tahapan yaitu tahap persiapan, presentasi guru, kegiatan kelompok, formalisasi,
dan evaluasi kelompok dengan diberikan penghargaan. Peningkatan kemampuan
berbicara siswa setelah diterapkan model TSTS siswa menjadi lebih berani,
lancar, dan tepat dalam berbicara. Skor hasil belajar siswa pada pra siklus 69,88
menjadi 75,79 pada siklus 1 dan 80,22 pada siklus 2. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas III SDN Ajung 03 Jember.
Saran peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah: 1) bagi guru kelas,
dalam mengajarkan bahasa Indonesia aspek keterampilan berbicara hendaknya
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray atau model
pembelajaran yang lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
berbicara, dan 2) bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan acuan
untuk mengadakan penelitian sejenis, terutama dalam ruang lingkup yang lebih
luas, 3) bagi sekolah, diharapkan dapat menyempurnakan model pembelajaran
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, dan 4 bagi peneliti lain, diharapkan
dapat mengadopsi model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini
pada pembelajaran yang berbeda ataupun pada jenjang pendidikan yang lain
sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan guru dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa. | en_US |