dc.description.abstract | Dalam upaya menuju swasembada gula, pemerintah telah mencanangkan program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional mulai tahun 2007. Program ini telah berhasil meningkatkan produksi tebu, namun masih kurang seperti yang diharapkan. Luas areal tebu di Indonesia mengalami penurunan sekitar 2,4 persen per tahun dan penurunan produksi sekitar 1,9 persen per tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Penurunan produktivitas tebu secara drastis pada tahun 2006, yaitu dari 6,32 ton/ha turun hingga menjadi 5,802 ton/ha. Penurunan luas areal tebu akibat adanya penurunan minat petani untuk berusahatani tebu. Sementara, penurunan produktivitas tebu mengindikasikan kurang diterapkannya teknologi budidaya tebu. Pengembangan tebu lahan kering merupakan salah satu pilihan yang sangat strategis untuk mempercepat proses pencapaian kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas produksi gula menuju swasembada gula nasional. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis potensi nilai tambah tebu lahan kering; (2) menyusun strategi kelembagaan agribisnis tebu lahan kering. Penelitian dilaksanakan di wilayah Jawa Timur pada tahun 2014 dengan lokasi sampel di Kabupaten Lamongan. Responden dalam penelitian ini adalah petani tebu, Dinas Perkebunan, Pabrik Gula (PG) dan stakeholder PG. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan Focus Group Discussion (FGD). Metode penelitian menggunakan diskriptif dan analitik. Alat analisis yang dipakai adalah analisis nilai tambah, force field analysis (FFA), dan analisis kelembagaan. Hasil penelitian dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Potensi pemanfaatan tebu lahan kering kering di Jawa Timur masih terbatas pada gula Kristal putih (GKP) yang diolah oleh pabrik gula (PG). Produk turunan dari tebu dimanfaatkan oleh PG, sehingga nilai tambahnya dinikmati oleh PG; (2) Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tetes menjadi bioetanol masih minus Rp. 500- Rp. 1.300.; (3) Strategi kelembagaan untuk pengembangan tebu lahan kering di Jawa Timur adalah dengan lebih mengurangi faktor penghambat karena total nilai bobotnya (TNB) yang lebih kecil (4,978) dari TNB faktor pendorongnya (6,292); (4) Rekomendasi kebijakan untuk pengembangan tebu lahan kering di Jawa Timur adalah dengan meningkatkan penataan varietas dan penyediaan bibit unggul dan mengurangi marginalisasi petani oleh pengusaha tebu.
Kata Kunci: Strategi Pengembangan Usahatani Tebu, Lahan Kering, nilai tambah, analisis kelembagaan | en_US |