dc.description.abstract | Status gizi bayi dan balita merupakan salah satu indikator gizi masyarakat,
dan bahkan telah dikembangkan menjadi salah satu indikator kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita
merupakan fondasi penting bagi kesehatannya di masa depan. Kekurangan gizi yang
terjadi pada masa tersebut dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang
disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis
berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) < 2
SD
berdasarkan
standar
WHO.
Di Indonesia telah terjadi peningkatan prevalensi stunting dari 35,6% (18,5%
sangat pendek dan 17,1% pendek) pada tahun 2010 menjadi 37,2% (18,0% sangat
pendek dan 19,2% pendek) pada tahun 2013. Angka prevalensi tersebut masih diatas
ambang batas (cut off) yang telah disepakati secara universal, dimana apabila masalah
stunting diatas 20% maka masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Jawa
Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki prevalensi stunting tinggi. Salah
satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki prevalensi stunting > 20% adalah
Kabupaten Lumajang yaitu 28,1%. Dari 25 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Lumajang, Puskesmas Randuagung memiliki prevalensi stunting tertinggi yaitu
sebesar 34,63%. Bila dilihat dari segi usia, kejadian stunting banyak terjadi pada
kelompok balita usia 12-36 bulan. Tingginya angka kejadian stunting pada balita di
viii
wilayah kerja Puskesmas Randuagung perlu mendapat perhatian khusus, sebab
kejadian stunting bisa saja terus meningkat apabila faktor-faktor risikonya tidak
diperhatikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan kejadian stunting pada
anak balita usia 12-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Randuagung Kabupaten
Lumajang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 86 anak balita yang
diambil dengan cara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan
September 2014 hingga Februari 2015. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
pengukuran tinggi badan, pengisian angket pengetahuan, wawancara kuesioner,
lembar food recall 2x24 jam dan FFQ sedangkan data sekunder dilihat melalui buku
KIA. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk yang dinarasikan kemudian diolah
dan dianalisis menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0,05).
Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan indeks TB/U makan anak
balita yang stunting sebanyak 53,5%. Hasil uji chi square menunjukkan ada
hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat konsumsi energi, tingkat pengetahuan
gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif dan usia pemberian MP-ASI, pemberian
ASI eksklusif dan usia pemberian MP-ASI dengan penyakit infeksi, tingkat konsumsi
zink, penyakit infeksi, dan genetik dengan kejadian stunting. Berdasarkan hal tersebut
diharapkan peran aktif pemerintah khususnya petugas kesehatan untuk
menanggulangi kejadian stunting pada balita melalui program pemberian
suplementasi zink dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
menjaga kesehatan dan kebutuhan gizi pada 1000 hari pertama kelahiran. | en_US |