dc.description.abstract | Hubungan antara Motivasi Kerja dan Tingkat Konsumsi dengan Produktivitas
Kerja pada Pekerja Wanita (Studi di Bagian Produksi Perusahaan Rokok
Gagak Hitam Desa Pakuniran Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso);
Yulianda Anggraini; 102110101106; 2014; 96 halaman; Bagian Kesehatan
Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kondisi perkembangan pembangunan menuju industrialisasi, persaingan pasar
semakin ketat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Produktivitas kerja
merupakan tujuan yang ingin dicapai baik oleh perusahaan maupun oleh program
kesehatan dan keselamatan kerja. Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang
memegang peranan penting dalam menciptakan produktivitas kerja. Seseorang tenaga
kerja dengan sikap mental, motivasi yang tinggi serta disiplin dan etos kerja yang
tinggi akan selalu memacu dirinya untuk bekerja lebih produktif. Konsumsi pangan
yang beragam akan meningkatkan status gizi karena kecukupan zat gizi akan
terpenuhi, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Keterlibatan wanita
dalam angkatan kerja membuat wanita memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah
tangga dan sekaligus bekerja di luar rumah. Pekerja wanita dengan peran ganda,
memerlukan energi yang lebih besar. Selain itu, harus diimbangi adanya motivasi
yang kuat agar seorang pekerja wanita dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara motivasi kerja
dan tingkat konsumsi (energi, protein, karbohidrat, lemak, dan zat besi) dengan
produktivitas kerja. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analitik observasional. Penelitian ini dilaksanakan di bagian produksi Perusahaan
Rokok Gagak Hitam, Desa Pakuniran Kecamatan Maesan Kabupaten
Bondowoso.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pada pengumpulan
data primer dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner.
ix
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara
karakteristik responden meliputi usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan
dengan produktivitas kerja. Uji signifikasi usia responden pada penelitian ini adalah
p sama dengan 0,048 (p<α) dan R=-0,437 yang artinya terdapat hubungan antara usia
dengan produktivitas kerja. Uji signifikasi tingkat pendidikan responden pada
penelitian ini adalah p sama dengan 0,019 (p<α) dan R=0,354 yang artinya terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja. Uji signifikasi
tingkat pendapatan responden pada penelitian ini adalah p sama dengan 0,0001 (p<α)
dan R=0,683 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan
produktivitas kerja. Kemudian hasil yang diperoleh dari uji signifikasi motivasi kerja
responden adalah p sama dengan 0,0001 (p<α) dan R=0,504 yang artinya terdapat
hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja. Selanjutnya, dari uji
signifikasi tingkat konsumsi energi responden adalah p sama dengan 0,001 (p<α) dan
R=0,495 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan
produktivitas kerja. Uji signifikasi tingkat konsumsi protein responden adalah p sama
dengan 0,008 (p<α) dan R=0,393 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat
konsumsi protein dengan produktivitas kerja. Uji signifikasi tingkat konsumsi
karbohidrat responden adalah p sama dengan 0,029 (p<α) dan R=0,330 yang artinya
terdapat hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat dengan produktivitas kerja.
Uji signifikasi tingkat konsumsi lemak responden adalah p sama dengan 0,011 (p<α)
dan R=0,378 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat konsumsi lemak dengan
produktivitas kerja. Uji signifikasi tingkat konsumsi zat besi responden adalah p
sama dengan 0,008 (p<α) dan R=0,394 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat
konsumsi zat besi dengan produktivitas kerja.
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebaiknya perusahaan
memperhatikan motivasi kerja karyawan dengan cara memberikan pujian atau bonus
dan perlindungan berupa jaminan kesehatan bagi pekerja wanita yang memiliki
kinerja atau prestasi yang baik. Selain itu, pekerja sebaiknya memperbaiki konsumsi
pangan dengan cara keberagaman makanan yang dikonsumsi. | en_US |