Show simple item record

dc.contributor.authorFajri Maulana
dc.date.accessioned2015-03-12T08:37:54Z
dc.date.available2015-03-12T08:37:54Z
dc.date.issued2015-03-12
dc.identifier.nimNIM110210101014
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61755
dc.description.abstractAnalisis Proses Berpikir Siswa Menggunakan Math Exemplars pada sub pokok bahasan Persegi di Kelas VII-F SMP Negeri 4 Jember; Fajri Maulana, 110210101014; 2014; 93 halaman; Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Pembelajaran matematika merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, memegang peran sangat penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Pembelajaran matematika berkaitan dengan masalah yang biasanya berupa pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dialami siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, dalam menerapkan konsep-konsep, struktur, dan pola dalam matematika sehingga dapat menjadikan siswa berpikir logis, kreatif, dan sistematis dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran terdapat interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri. Interaksi tersebut merupakan bentuk komunikasi internal yang dibentuk siswa dalam menyikapi permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal inilah yang sering disebut dengan berpikir. Proses berpikir merupakan aktivitas mental yang dialami siswa ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang mengarah pada pemecahan masalah (problem solving) dan mereka berusaha untuk menemukan solusinya melalui proses yang dituliskan pada lembar kerja. Dari lembar kerja tersebut peneliti dapat mengetahui langkah-langkah sistematis sesuai dengan aktivitas kognitif yang dialami siswa. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap proses berpikir siswa menggunakan math exemplars pada sub pokok bahasan persegi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang didahului dengan pengembangan instrumen exemplars task, exemplars rubric, dan pedoman viii wawancara. Exemplars task yang digunakan adalah permasalahan terbuka tentang kehidupan sehari-hari dalam materi persegi. Sedangkan, Exemplars rubric yang digunakan adalah Standards-based Math Rubric yang dimodifikasi dengan menambahkan indikator sesuai dengan exemplars task yang dibuat. Pendeskripsian pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan gambaran mengenai proses berpikir siswa berdasarkan Exemplars rubric dalam menyelesaikan Exemplars task pada sub pokok bahasan persegi. Instrumen yang digunakan exemplars task, exemplars rubric, pedoman wawancara dan lembar validasi pedoman wawancara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah data hasil tes exemplars task dan hasil wawancara mendalam terhadap jawaban siswa. Berdasarkan data hasil validasi exemplars task didapatkan koefisien korelasi pada masing-masing standar NCTM meliputi pemecahan masalah (0,63), kemampuan memberi alasan dan bukti (0,41), kemampuan mengkomunikasikan (0,87), kemampuan mengkaitkan (0,50), dan kemampuan menyajikan (O,55). Dari hasil validasi maka dapat disimpulkan bahwa exemplars task yang dibuat adalah valid dan bisa digunakan. Setelah itu dilakukan uji validitas pedoman wawancara. Dari hasil pada lembar validasi pedoman wawancara oleh ketiga validator maka dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara bisa diganakan dengan ada sedikit revisi terkait dengan bahasa yang digunakan untuk kalimat tanya. Berdasarkan analisis proses berpikir dalam memecahkan exemplars task di atas, dapat diketahui bahwa S1 masuk dalam ranah Practitioner dan S2 mengalamai klasifikasi yang sama dengan S3 yaitu pada ranah Apprentice. S1 masuk dalam ranah Practitioner karena mampu memenuhi setiap indikator pada exemplars rubric dalam standar NCTM yang meliputi standar pemecahan masalah, kemampuan memberi alasan dan bukti, kemampuan mengkomunikasikan, kemampuan mengkaitkan, serta kemampuan menyajikan. S2 seharusnya mampu masuk kedalam ranah Practitioner, namun hal ini ix dikarenakan S2 tidak mau mengungkapkan dua langkah awal yaitu mengkonversi satuan luas lahan dan target produksi. Hal ini bisa dilihat dari cuplikan wawancara yang dilakukan dari P21025 sampai S21026 yang menegaskan bahwa S2 tidak melakukan konversi satuan dikarenakan takut pekerjaannya bertambah banyak. Padahal, S2 tahu bahwa langkah konversi satuan diperlukan. Hal ini bisa dilihat ketika S2 melakukan pengitungan pencarian luas lahan yang diperlukan dia memerlukan konversi target produksi terlebih dahulu untuk menemukan hasilnya (S21034). Selain itu S2 juga mengalami sedikit kendala dalam kemampuan mengkomunikasikannya. Hal ini bisa dilihat dari S2 yang hanya menuliskan kalimat yang menegaskan hasil akhirnya saja, tanpa ada di masing-masing langkah yang dilakukan, sehingga membuat siswa tidak mengetahui apa yang dia dapat dari langkah-langkah sebelumnya. Sedangkan, untuk S3 juga mengalami kendala pada standar pemecahan masalah dan kemampuan mengkomunikasikan. Hal ini dikarenakan pada standar pemecahan masalah S3 hanya mengarah pada strategi yang sifatnya final tanpa ada strategi awal untuk menuju penyelesaian. Kemudian, pada standar mengkomunikasikan S3 juga hanya menuliskan kalimat yang menegaskan hasil akhirnya saja, tanpa ada di masing-masing langkah yang dilakukan, sehingga membuat S3 tidak mengetahui apa yang dia dapat dari langkah-langkah sebelumnya.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries110210101014;
dc.subjectANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA MENGGUNAKAN MATH EXEMPLARS PADA SUB POKOK BAHASAN PERSEGI DI KELAS VII-F SMP NEGERI 4 JEMBERen_US
dc.titleANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA MENGGUNAKAN MATH EXEMPLARS PADA SUB POKOK BAHASAN PERSEGI DI KELAS VII-F SMP NEGERI 4 JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record