Show simple item record

dc.contributor.authorAGUSTIN, Weni Dwi
dc.date.accessioned2015-03-03T10:54:15Z
dc.date.available2015-03-03T10:54:15Z
dc.date.issued2015-03-03
dc.identifier.nimNIM100910302048
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61540
dc.description.abstractImplikasi Sistem Sewa Lahan Tebu Terhadap Makna Tanah dan Rasionalitas Petani Di Desa Pakisan, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso; Yuliana Indah Pertiwi; 100910302048; 2014: 122 halaman; Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Pertanian di Indonesia memiliki jenis pertanian yang beraneka ragam. Dalam sektor pertanian tidak terlepas adanya para pemilik modal. Mereka ikut serta dalam persaingan pasar pertanian untuk mencari hasil-hasil pertanian dan memperoleh keuntungan. Ketika petani dalam mencukupi kebutuhan hidup tidak tercukupi maka para petani akan melakukan upaya-upaya khusus untuk mencukupi kebutuhannya, salah satu alternatif yang dilakukan adalah menjual atau menyewakan lahan. Menyewakan lahan dianggap tindakan paling aman, karena tanah yang disewakan akan kembali pada petani pemilik lahan ketika masa sewanya sudah habis. Seperti yang terjadi di Desa Pakisan, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso, hampir 80% petani di sana menyewakan lahan pertaniannya pada pengusaha tebu. Masuknya pengusaha yang berasal dari luar desa membuat petani di Desa Pakisan mengubah cara pandangnya dalam memaknai tanah. Awalnya tanah merupakan faktor produksi bagi petani tetapi saat ini tanah adalah aset yang bernilai tinggi. Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah: “Bagaimana implikasi sistem sewa lahan tebu terhadap makna tanah dan rasionalitas petani di Desa Pakisan, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso?”. Peneliti menggunakan teori moral ekonomi petani oleh James Scott (1976). Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif (descriptive reseach). Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Bondowoso, Kecamatan Tlogosari, Desa Pakisan. Teknik penentuan informan dengan metode purposive sampling. Metode yang dipakai menggunakan motode observasi, wawancara, dokumentasi. viii Hasil penelitian ini adalah alasan para petani menyewakan lahan dikarenakan faktor kebutuhan, ingin mendapatkan uang cash, kekurangan modal, takut gagal panen, dan malas. Sedangkan para pengusaha menyewa lahan dikarenakan untuk meningkatkan peputaran uang melalui pertanian tebu, harga sewa lahan yang murah, dan potensi lahan yang baik. Di Desa Pakisan sudah terjadi pergeseran rasionalitas petani dalam memaknai tanah. Pada awalnya tanah merupakan sebagai warisan/identitas asal-usul, tanah sebagai sumber kehidupan petani, dan tanah sebagai wujud eksistensi petani. Akan tetapi dengan masuknya pemodal sebagai pengusaha tebu di Desa Pakisan tanah diartikan sebagai alat tukar yang bernilai tinggi, karena saat ini mencari lahan/tanah sangatlah sulit akibat dari pertumbuhan penduduk dan pembagian tanah/lahan yang awalnya luas menjadi terbagi-bagi. Selain itu tanah bagi petani merupakan alternatif kekayaan dan dari hasil sewa lahan tersebut akan mendapatkan fresh money. Dengan demikian terjadinya perubahan rasionalitas petani lebih didorong karena adanya pengusaha tebu sebagai pemodal. Jika dahulu para petani merupakan petani yang sederhana mengutamakan berfikir subsisten. Tetapi dengan masuknya kaum kapitalis atau pemodal dari luar desa maka terjadi perubahan rasionalitas. Pada akhirnya petani di Desa Pakisan lebih memilih menjadi petani yang hanya menyewakan lahan, menikmati konsumerisme dan kehidupan hedonis.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries100910302048;
dc.subjectIMPLIKASI SISTEM SEWA LAHAN TEBU TERHADAP MAKNA TANAH DAN RASIONALITAS PETANI DI DESA PAKISAN, KECAMATAN TLOGOSARI, KABUPATEN BONDOWOSOen_US
dc.titleImplikasi Sistem Sewa Lahan Tebu Terhadap Makna Tanah dan Rasionalitas Petani di Desa Pakisan, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowosoen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record