Show simple item record

dc.contributor.authorFaizal Roziqy
dc.date.accessioned2015-03-01T05:41:01Z
dc.date.available2015-03-01T05:41:01Z
dc.date.issued2015-03-01
dc.identifier.nimNIM070910302031
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61523
dc.description.abstractSinkretisme Dalam Budaya Nyader di Kabupaten Sumenep (Studi Kasus di Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep); Faizal Roziqy, 070910302031; 2014: 87 halaman; Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Di Kabupaten Sumenep Kecamatan Kalianget Desa Pinggir Papas. Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep dikenal sebagai daerah penghasil garam yang cukup penting. Desa Pinggir Papas menjadi penghasil garam, tidak lepas dari legenda seorang tokoh Anggosuto. Berdasarkan keberhasilannya tersebut, masyarakat Desa Pinggir Papas meyakini bahwa Anggosuto orang pertama yang tinggal di Desa ini dan yang menemukan cara membuat garam. Sebagai penghormatan masyarakat atas itu, dilakukannya dengan upacara nyader atau nadar. Wujud upacara nyader ini adalah kegiatan berziarah ke makanm Kyai Anggosuto. Dalam perkembangannya, ada yang beranggapan bahwa upacara nyader yang sebatas berziarah adalah bid’ah, dengan kata lain menyimpang dari ajaran Islam yang terkandung dalam Al­quran dan Hadist. Namun, kenyataannya tidak hanya berziarah walaupan masyarakat Desa Pinggir Papas mayoritas adalah Islam, upacara nyader masih dipengaruhi oleh praktik Hinduisme yakni kepercayaan anismisme dan dinamime. Dengan demikian, upcara ini ada maksud masih mempercayai kekuatan Alla SWT. Hal ini bertentangan dengan syariat Islam murni. Meskipun masyarakat mengetahui hal tersebut, nyatanya warga Desa Pinggir Papas tetap Mengatakan dirinya tidak Musrik hanya dengan melakukan upacara nyader. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berlangsungnya upcara nyader dan menganilisis, menjelaskan serta mendeskripsikan bentuk sinkretisme budaya nyader. Penelitian ini dilakukan di Desa Pinggir Papas, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penentuan Informan inti dan Informan 7 7 tambahan dilakukan dengan purposive sampling. Dan teknik pengambilan datanya dengan wawancara tak terstruktur, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis dari miles dan huberman. Berdasarkan hasil penelitian, proses upacara nyader meliputi penetuan waktu, persiapan upacara, dan pelaksanaan upacara. Upacara nyader, dengan pemujaan pada roh nene moyang dianggap mampu membebaskan masyarakat dari musibah dan roh jahat. Padahal dalam Islam hal tersebut telah diatur jelas dalam al­quran surat Al­ Maidah ayat 23, bahwa hanya menyandarkan segala urusan kepada Allah SWT semata. Sedangkan, masyarakat, beranggapan hal tersebut merupakan berdoa kepada Allah SWT melalui pendekatan kepada orang yang memiliki amalan baik. Sehingga, terjadi proses saling member di keduanya yaitu budaya yang dimasukkan kedalam agam melalui kegiatan nyader tetapi tetap mengguanakan doa­doa bacaan Islam. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran kepada pemerintah Kabupaten Sumenep bahwa Budaya Nyader diperlukan sumbangsih pemerintah dan masyarakat agar tetap lestari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070910302031;
dc.subjectINKRETISME DALAM BUDAYA NYADER DI KABUPATEN SUMENEPen_US
dc.titleSINKRETISME DALAM BUDAYA NYADER DI KABUPATEN SUMENEP (Studi Kasus di Desa Pinggir Papas Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record