Show simple item record

dc.contributor.authorDian Erlandini
dc.date.accessioned2013-07-12T01:36:17Z
dc.date.available2013-07-12T01:36:17Z
dc.date.issued2013-07-12
dc.identifier.nimNIM070210402117
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/609
dc.description.abstractCerita Rakyat Banyuwangi adalah salah satu bentuk tradisi lisan. Di dalamnya terdapat dongeng, mitos dan legenda yang masih dipercaya oleh masyarakat Banyuwangi. Sebagai tradisi lisan, cerita rakyat Banyuwangi memiliki keunikan, diceritakan dengan bahasa khas Banyuwangian. Selain penceritaan, terdapat pula tema yang penting dalam cerita rakyat Banyuwangi. Oleh karena itu, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan: (1) bagaimanakah gaya penceritaan dalam cerita rakyat Banyuwangi? (2) bagaimanakah ciri-ciri kelisanan cerita rakyat Banyuwangi? (3) tema apa sajakah yang terdapat dalam cerita rakyat Banyuwangi? Rancangan penelitan yang digunakan adalah kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat lisan dan tulisan (transmisi). Data berupa cerita rakyat lisan dan cerita rakyat berupa buku (transmisi). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, (1) rekam, data yang diperoleh adalah cerita rakyat lisan, (2) dokumentasi, data yang diperoleh adalah cerita rakyat tulisan (transmisi) dan gambar-gambar, (3) transkripsi data, yakni data cerita rakyat lisan diubah menjadi bentuk tertulis, (4) teknik terjemahan, data cerita rakyat lisan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah membaca dan pendeskripsian. Hasil dan pembahasan menunjukkan, penggunaan ragam bahasa Jawa dialek Bayuwangian, penceritaan menjadi lebih akrab (komunikatif), sedangkan ragam bahasa Jawa Tengahan menjadikan penceritaan menjadi lebih formal. Gaya penceritaan deskriptif membuat cerita menjadi jelas, sedangkan gaya naratif membuat penceritaan menjadi menarik. Diksi yang khas digunakan adalah „garwo‟ dan Sri Tanjung. Penamaan tempat bertujuan untuk mengenang peristiwa tertentu dan sebagai ungkapan rasa syukur. Dalam mengawali dan mengakhiri cerita selalu diawali dengan „bengen‟ dan diakhiri kebahagiaan. Penggunaan kata sapaan dalam cerita rakyat Banyuwangi digunakan untuk menyatukan kolektif. Ciri-ciri kelisanan adalah terdapat ungkapan yang menyatukan kelompok (kolektif) tertentu, penggunaan gaya pengulangan (repetisi), penggunaan bentuk ekspresi kolektif yang klise, dan penggunaan bahasa daerah (Jawa dan Using). Tema-tema yang terdapat cerita rakyat lisan dan transmisi (a) tema moral berkaitan dengan sikap kasih sayang terhadap sesama, (b) tema sosial berkaitan dengan sikap kepedulian dan kerukunan terhadap sesama manusia, (c) tema jasmaniah berkaitan dengan sikap perjuangan dan cita-cita manusia, (d) tema egoik berkaitan dengan sikap seseorang yang egois dan mementingkan diri sendiri, dan (5) tema ketuhanan berkaitan dengan sikap atau suatu keyakinan kepada Tuhan. Simpulan dalam penelitan: dengan adanya kedua ragam bahasa tersebut penceritaan menjadi akrab namun juga formal. Gaya penceritaan deskriptif dan naratif membuat penceritaan menjadi semakin jelas dan menarik. Diksi yang khas digunakan dalam penceritaan adalah „garwo‟ dan Sri Tanjung. Penamaan tempat bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur. Dalam mengawali dan mengakhiri cerita selalu diawali dengan „bengen‟ dan diakhiri kebahagiaan. Penggunaan kata sapaan untuk menyatukan kolektif. Ciri-ciri kelisanan yang khas adalah penggunaan pengulangan kata. Tema yang paling menonjol adalah tema moral, yakni tema yang berkaitan dengan kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesame manusia. Saran yang dapat diberikan (1) bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni Indonesia, hendaknya penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya bidang folklor; (2) bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yaitu alternatif materi pembelajaran bercerita (cerita rakyat) dan pembelajaran bahasa Jawa dan using di SD dan SMP di daerah Jawa Timur khususnya, (3) bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan alternatif bacaan yang mendidik bagi anak-anak di rumah, yakni buku cerita rakyat yang dapat menambah wawasan tentang cerita rakyat di Indonesia, khususnya cerita rakyat dari Banyuwangi, (4) diadakannya penelitian lebih lanjut, karena mungkin terdapat pola lain atau informasi lain yang belum ditemukan oleh peneliti, misalnya mengenai nilai-nilai moral, pendidikan dan kehidupan yang terdapat dalam cerita rakyat Banyuwangi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070210402117;
dc.subjectGaya Penceritaan, Cerita Rakyat Banyuwangien_US
dc.titleGAYA PENCERITAAN DAN TEMA CERITA RAKYAT BANYUWANGIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record