Show simple item record

dc.contributor.authorNOVITA ARI ANDINI
dc.date.accessioned2014-11-28T02:00:06Z
dc.date.available2014-11-28T02:00:06Z
dc.date.issued2014-11-28
dc.identifier.nimNIM090910302072
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/60387
dc.description.abstractHasil penelitian ini adalah sebelum Raskin dibagikan kepada masyarakat Dusun Pelinggihan ketua RT selaku aparat Dusun mendapatkan perintah dari Kepala Kelurahan Antirogo untuk mendata warganya yang tergolong miskin. Dalam hal pendataan aparat Dusun tidak mengacu kepada 14 indikator kemiskinan dari BPS sehingga bagi siapa saja warganya yang mau didata menjadi keluarga miskin akan dimasukan ke dalam data warga miskin. Pada proses pendataan banyak warga yang tidak mau didaftarkan sebagai orang miskin karena malu. Dari data keluarga miskin tersebut ternyata oleh Kelurahan Antirogo dijadikan sebagai data untuk pembagian Raskin. Setelah Raskin dibagikan kepada seluruh keluarga yang sudah didata sebagai keluarga miskin banyak keluarga yang dulunya tidak mau didata sebagai keluarga miskin menginginkan Raskin tersebut, sebagian keluarga yang protes ternyata termasuk kedalam keluarga kaya dengan keadaan rumah, aset dan pekerjaan yang mapan. Adanya Budaya Kemiskinan pada keluarga kaya di Dusun Pelinggihan yaitu merasa malu jika didata atau dikategorikan sebagai orang miskin tetapi masih mengharapkan Raskin, hal ini yang mendorong mereka protes meminta Raskin kepada Aparat Dusun. Bentuk protes yang dilakukan sebagian keluarga kaya yang meminta Raskin selain berbicara langsung kepada aparat Dusun Pelinggihan mereka juga tidak mau mengikuti kegiatan sosial dalam masyarakat seperti halnya kerja bakti dan pemilihan umum. Motivasi utama sebagian keluarga kaya yang meminta Raskin kepada aparat Dusun yaitu selain adanya kecemburuan sosial yang terjadi antara masyarakat penerima Raskin, mereka juga banyak yang beranggapan bahwa Raskin merupakan bantuan dari pemerintah yang seharusnya diratakan. Bentuk budaya kemiskinan pada keluarga kaya di Dusun Pelinggihan dengan berpola berfikir keluarga kaya mereka berhak mendapat bantuan Raskin karena mereka juga merasa sebagai warga pelinggihan dan Raskin yang mereka terima tidak gratis sehingga mereka merasa berhak membelinya, tetapi mereka tidak mau jika dikatakan sebagai keluarga miskin. Semakin seringnya sebagian keluarga kaya yang meminta Raskin ini protes langsung kepada aparat Dusun menjadikan ketua RT dan Kepala Kampung melakukan musyawarah dengan mengambil kebijakan pemerataan Raskin sebagai savety valve yang bertujuan menjaga keharmonisan dan kerukunan antar warga di Dusun Pelinggihan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries090910302072;
dc.subjectKEMISKINAN, RASKIN, SAVETY VALVEen_US
dc.titleBUDAYA KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PEMERATAAN RASKIN SEBAGAI SAVETY VALVE DI DUSUN PELINGGIHAN ANTIROGOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record