Show simple item record

dc.contributor.authorKuswati
dc.date.accessioned2014-11-03T02:16:50Z
dc.date.available2014-11-03T02:16:50Z
dc.date.issued2014-11-03
dc.identifier.nimNIM100210103019
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/59876
dc.description.abstractPenelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratoris dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu uji laboratorium (n rayap=10) dengan konsentrasi NEP 100 IJ/ml, 200 IJ/ml, 300 IJ/ml, 400 IJ/ml, dan 500 IJ/ml dan uji semi lapang (n rayap=50) dengan konsentrasi NEP 4000 IJ/10ml, 6000 IJ/10ml, 8000 IJ/ml, 10.000 IJ/ml dan 12.000 IJ/ml. Tahap penelitian meliputi perhitungan mortalitas rayap, pengamatan gejala serta pengamatan tingkat invasi rayap dengan pembedahan. Hasil pengamatan di uji dengan ANAVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Pada hasil pengamatan uji laboratorium juga dianalisis Probit untuk menentukan nilai LC50 dan LT50. Kematian 100% rayap pada uji laboratorium terjadi pada pengamatan 72 jam. Nilai LC50 Steinernema sp. adalah 23 IJ dan Heterorhabditis sp. 231 IJ. Hasil ini menjelaskan bahwa Steinernema sp. lebih efektif untuk mengendalikan rayap tanah daripada Heterorhabditis sp. Uji selanjutnya yaitu semi lapang, analisis varian untuk kedua jenis NEP yaitu Psig= 0,00 (< 0,05). Hasil ini dilanjutkan dengan uji Duncan taraf kepercayaan 95%, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata perlakuan kontrol dibanding dengan perlakuan konsentrasi dan terdapat perbedaan tidak nyata antar perlakuan konsentrasi. Kematian 100% rayap oleh Steinernema sp. yaitu 120 jam sedangkan oleh Heterorhabditis sp. yaitu 144 jam. NEP berpenetrasi kedalam tubuh serangga melalui lubang natural yaitu mulut, anus, lubang pernafasan dan genital. NEP mengeluarkan senyawa protease untuk melawan sistem imun serangga, keadaan ini dibuat oleh NEP sebagai persiapan pertumbuhan bakteri simbionnya. Setelah mencapai hemolimfa serangga NEP mengeluarkan bakteri simbionnya. Pada fase pertumbuhannya, bakteri akan mengeluarkan beberapa jenis enzim untuk memecah makromolekul serangga dan juga senyawa endotoksin. Hal ini menyebabkan serangga mati dalam waktu yang cepat yaitu 24-48 jam. Metabolit sekunder diantaranya yaitu lipase, fosfolipase, protease, DNA-ase serta beberapa senyawa antibiotik (bakteriopsin). Aktivitas ini sebagai penyebab gejala-gejala yang muncul pada kadaver rayap, yaitu bagian tubuh menjdai lembek karena penyusun tubuhnya telah berubah menjadi konstitusi cairan. Gejala lain yaitu kadaver rayap berwarna hitam setelah terinfeksi Steinernema sp. dan cokelat setelah terinfeksi oleh Heterorhabditis sp. Gejala ini disebabkan oleh faktor pigmentasi yang dimiliki oleh bakteri simbion NEP. Xenorhabdus sp. tidak menghasilkan faktor pigmentasi, sedangkan Photorhabdus sp. menghasilkan faktor pigmentasi berupa antraquinone. Mekanisme konsep agen pengendali hayati (NEP) terhadap rayap disebarluasakan dalam bentuk buku ilmiah populer. Buku ilmiah populer merupakan buku yang berisi pengetahuan yang disajikan secara ilmiah dan menggunakan bahasa serta kata-kata yang mudah dipahami masyarakat. Hasil validasi buku ilmiah populer dengan judul “Nematoda Entomopatogen sebagai Biokontrol Rayap” memperoleh rata-rata skor 72,5 dengan persentase 86,30% yang berarti buku ini sangat layak digunakan sebagai buku bacaan di masyarakat.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries100210103019;
dc.subjectSteinernema sp., Heterorhabditis sp., Rayap Tanah Microtermes sp.en_US
dc.titleUJI PATOGENESITAS Steinernema sp. DAN Heterorhabditis sp. TERHADAP RAYAP TANAH Microtermes sp. SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record