Show simple item record

dc.contributor.authorAnis Mubashiroh
dc.date.accessioned2014-11-03T01:34:00Z
dc.date.available2014-11-03T01:34:00Z
dc.date.issued2014-11-03
dc.identifier.nimNIM100210103083
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/59860
dc.description.abstractPenerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAPPS mengalami peningkatan dari tahap prasiklus, siklus I sampai siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari keterampilan pemecahan masalah siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar. Rata- rata pada prasiklus 80 ± 0, siklus I sebesar 81,76 ± 3,92 dan siklus II sebesar 93,54 ± 6,08. Pada prasiklus keterampilan pemecahan masalah 6,25% meningkat menjadi 53,1%, siklus I keterampilan pemecahan masalah 53,1% meningkat menjadi 96,87% pada siklus II. Rata-rata peningkatan keterampilan pemecahan masalah dari prasiklus ke siklus I adalah sebesar 1,76; sedangkan tingkat keterampilan pemecahan masalah meningkat sebesar 46,85%. Dengan peningkatan siswa yang terampil adalah 15 orang. Ratarata peningkatan keterampilan pemecahan masalah dari siklus I ke siklus II sebesar 11,78, sedangkan tingkat keterampilan pemecahan masalah meningkat sebesar 43,77% dengan peningkatan jumlah siswa yang terampil yaitu 14 siswa. Jadi keterampilan pemecahan masalah pada kelas VIID dapat dikategorikan terampil. Hasil belajar kognitif yang lebih baik tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki dalam metode TAPPS antara lain: dialog pada TAPPS membantu membangun kerangka kerja kontekstual yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman siswa, verbalisasi (pengucapan) merupakan fitur utama dari TAPPS yang bermanfaat untuk membuat fikiran dalam masing-masing individu menjadi eksplisit, setiap anggota dalam pasangan TAPPS dapat saling belajar mengenai strategi pemecahan satu sama lain sehingga mereka dapat memahami proses berfikir masing-masing. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan metode TAPPS, untuk aspek kognitif dari prasiklus 21,8 % menjadi 71,9% pada siklus I, meningkat menjadi 96,87% pada siklus II. Pada aspek afektif sebesar 73,9% meningkat menjadi 94,1% pada siklus II. Jadi hasil belajar mengalami peningkatan dan telah mencapai SKM. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan praktisi (guru) dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAPPS dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan hasil belajar pada pelajaran biologi siswa kelas VIID SMP Negeri 2 Wuluhan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries100210103083;
dc.subjectModel Pembelajaran Kooperatif, Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), Keterampilan Pemecahanen_US
dc.titlePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI (Siswa Kelas VIID SMP Negeri 2 Wuluhan Tahun Pelajaran 2013/2014)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record