Show simple item record

dc.contributor.authorMuhammad Hendro Cahyono
dc.date.accessioned2013-12-07T04:03:59Z
dc.date.available2013-12-07T04:03:59Z
dc.date.issued2013-12-07
dc.identifier.nimNIM060210191037
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5944
dc.description.abstractPenerapan teori Van Hiele dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai lebih dari pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele adalah penyampaian materi dilakukan sesuai dengan tingkat berpikir siswa. Hal tersebut memungkinkan siswa dalam kelas heterogen lebih mudah dalam memahami suatu materi pembelajaran. Hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 1 Tempeh menunjukkan bahwa guru biasanya menggunakan metode ceramah atau drill untuk mata pelajaran matematika dan belum pernah menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan, aktivitas, ketuntasan dan perkembangan tingkat berpikir geometri siswa dalam setelah penerapan pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IX-B SMPN 1 Tempeh tahun ajaran 2010/2011, yang berjumlah 38 siswa. Hasil tes prapenelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki tingkat berpikir geometri yang berbeda-beda yaitu 15,79% pravisualisasi, 26,32% visualisasi, 23,68% transisi antara tahap visualisasi dan analisis, 7,89% analisis, 15,79% transisi antara tahap analisis dan deduksi informal, serta 10,53% deduksi informal. Hasil tes prapenelitian selanjutnya akan dipergunakan untuk membuat kelompok diskusi homogen sesuai tingkat berpikir geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele. Sesuai dengan teori Van Hille, ada lima tingkatan pemahaman dalam belajar geometri yaitu: tingkat (0) visualisasi, tingkat (1) analisis, tingkat (2) deduksi informal, tingkat (3) deduksi dan tingkat (4) rigor. Dengan adanya pengklasifikasian ini akan membuat ketidakadilan dalam tes akhir karena soal dibuat sama namun pemberian LKS berdasarkan tingkat berpikir geometri siswa. Pembelajaran berdasarkan Teori Van Hiele terdiri dari 5 tahap yaitu: (i) inkuiri yang berfungsi memberi informasi kepada guru mengenai konsep yang dimiliki siswa, (ii) orientasi terarah yang merupakan penanaman konsep sesuai tingkat berpikir siswa dengan bantuan LKS terbimbing, (iii) uraian yang berfungsi mengemukakan pengalaman belajar siswa tentang konsep yang dipelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui presentasi dan diskusi kelas, (iv) orientasi bebas yaitu siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks melalui soal latihan dan diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, dan (v) integrasi yaitu menarik kesimpulan mengenai konsep yang telah dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele berlangsung dengan baik dan lancar. Tahap-tahap dari pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele terlaksana dengan baik meskipun ada kegiatan pada tahap orientasi bebas yang kurang sesuai dengan teori Van Hiele yaitu pemberian latihan yang tidak sesuai tingkat berpikir siswa Guru dan siswa memberikan respon positif mengenai penerapan pembelajaran ini. viii Aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan teori van Hiele meliputi menanggapi pertanyaan guru, bertanya, kerjasama dalam kelompok, diskusi dan interaksi, serta mengerjakan latihan. Tiap aktivitas mengalami peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II dan secara keseluruhan aktivitas siswa berada antara 50% dan 75% dan dapat dikategorikan aktif dalam pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele meliputi menanggapi pertanyaan guru, bertanya, kerjasama dalam kelompok, diskusi dan interaksi, serta mengerjakan latihan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebagai berikut: keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan guru meningkat sebesar 3,94% dari 74,13% menjadi 78,07%, keaktifan siswa dalam bertanya meningkat sebesar 1,76% dari 71,05% menjadi 72,81%, keaktifan siswa untuk kerjasama dalam kelompok meningkat sebesar 8,32% dari 73,25% menjadi 81,57%, keaktifan siswa dalam diskusi dan interaksi meningkat sebesar 6,14% dari 73,25% menjadi 79,39%, dan keaktifan siswa dalam mengerjakan latihan meningkat sebesar 6,14% dari 82,90% menjadi 89,04%. Secara keseluruhan aktivitas siswa berada antara 50% dan 75% dan dapat dikategorikan aktif dalam pembelajaran. Hasil tes tingkat berpikir geometri siswa dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat prapenelitian dan akhir siklus II. Hasil tes tingkat berpikir geometri siswa yang pertama diperoleh hasil sebagai berikut: pravisualisasi 15,79%, visualisasi 26,32%, visualisasi-analisis 23,68%, analisis 7,89%, analisis-deduksi informal 15,79%, dan deduksi informal 10,53%. Pada hasil tes tingkat berpikir geometri siswa yang kedua diperoleh hasil sebagai berikut: pravisualisasi 2,63%, visualisasi 13,17%, visualisasianalisis 18,42%, analisis 18,42%, analisis-deduksi informal 23,68%, dan deduksi informal 23,68%. Dari hasil kedua tes tersebut diperoleh 52,63% atau 20 siswa mengalami kenaikan tingkat berpikir geometri, 34,21% atau 13 siswa tingkat berpikir geometrinya tetap, 13,16% atau 5 siswa tingkat berpikir geometrinya turun. Cara pengklasifikasian ini sesuai dengan kriteria penentuan tingkat berpikir yang dikembangkan oleh The Cognitive Development and Achievement in Secondary School Geometry Project (CDASSG) (Usisskin dalam Sunardi, 2000). Hasil rata-rata tes siswa pada siklus I adalah 73,61dengan ketuntasan klasikal sebesar 75%. Hasil rata-rata tes siswa pada siklus II sebesar 86,86 dengan ketuntasan klasikal 75%. Ketuntasan klasikal siswa tidak mengalami perubahan dari siklus I ke siklus II yaitu tetap 75%. Akan tetapi, rata-rata nilai tes menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,25. Jadi, hasil belajar siswa setelah pelaksanaan siklus II lebih baik daripada siklus I ditinjau dari nilai rata-rata tes siklus I dan siklus II. Secara keseluruhan ditinjau dari persentase aktivitas siswa dan guru, pembelajaran berdasarkan teori Van Hiele telah dilaksanakan dengan baik dan lancar walaupun masih terdapat kekurangan dalam penerapannya untuk tahap orientasi bebas. Penelitian ini juga dikategorikan berhasil ditinjau dari ketuntasan belajar siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam penguasaan konsep bangun ruang sisi lengkung maupun perkembangan tingkat berpikir geometri siswa.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210191037;
dc.subjectMELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELEen_US
dc.titlePENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG KELAS IXB SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 TEMPEH TAHUN AJARAN 2010/2011en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record