dc.description.abstract | Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin,
maupun keduanya [1]. Secara klinis ada dua jenis penyakit diabetes melitus, yaitu
diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus
memerlukan pengobatan seumur hidup, maka diperlukan terapi yang mudah
didapatkan serta ekonomis [2]. Dalam penelitian ini digunakan tanaman obat
tradisional mentimun (Cucumis sativus) karena tanaman ini mudah didapatkan dan
banyak sekali manfaat yang didapat dari mengkonsumsi buahnya. Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol mentimun mengandung saponin,
flavonoid, alkaloid, dan tannin. Saponin inilah yang dipercaya memiliki khasiat
dalam menurunkan kadar glukosa darah [3]. Namun pengobatan dengan obat
tradisional yang diberikan secara tunggal tidak direkomendasikan oleh Komite Etik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia karena diabetes melitus merupakan
penyakit kronis yang penatalaksanaannya harus menggunakan Obat Hipoglikemik
Oral (OHO) sintetik [4]. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk menggunakan
mentimun sebagai terapi kombinasi dengan metformin. Metformin merupakan salah
satu OHO yang banyak digunakan di masyarakat karena mudah didapat, harganya
relatif murah, dan mekanisme kerjanya dalam menurunkan glukosa darah tidak
tergantung pada fungsi sel β pankreas, melainkan dengan cara meningkatkan
sensitifitas jaringan terhadap insulin dan menekan produksi glukosa di hepar [5].
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian
terapi kombinasi ekstrak etanol mentimun dan metformin dengan pemberian terapi
tunggal ekstrak etanol mentimun atau metformin terhadap penurunan kadar glukosa
darah tikus Wistar yang diinduksi aloksan. | en_US |