dc.description.abstract | Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai jawaban dari permasalahan,
yaitu; pertama, sistem dan kebijakan politik pada masa demokrasi terpimpin.
Sistem politik yang diterapkan adalah musyawarah mufakat, sistem politik juga
melahirkan lembaga-lembaga pemerintah demokrasi terpimpin. Kebijakan politik
demokrasi terpimpin tergolong dalam kebijakan politik dalam negeri dan
kebijakan politik luar negeri. Kebijakan politik dalam negeri memiliki tujuan
persatuan seluruh bangsa dengan konsep Manipol Usdek dan Naskom, persatuan
tersebut mengharapkan sosialisme Indonesia bermuara kepada selamatnya kaum
Marhaen. Kebijakan politik luar negeri lebih fokus terhadap konfrontasi Belanda
di Irian Barat, Inggris di Malaysia dan Amerika Serikat, strategi perlawanan yang
dilakukan dengan cara menghimpun negara-negara Nefo yang anti Nekolim,
selanjutnya di Gagas Conefo sebagai tandingan PBB.
Kedua, konstelasi politik pada masa demokrasi terpimpin menimbulkan
interaksi kekuatan politik Presiden Soekarno, militer dan PKI, selain itu juga
muncul peristiwa 30 September 1965 sebagai bentuk pertentangan kekuatan
ketiga kekuatan tersebut dan dikeluarkan surat perintah 11 Maret 1966
“Supersemar” oleh Presiden Soekarno dan diserahkan kepada Soeharto.
Supersemar digunakan untuk membubarkan dan membatai anggota PKI berikut
organisasi-organisasi yang dianggap dekat serta orang yang menduduki jabatan
pemerintahan dianggap pendukung Presiden Soekarno juga ditangkap. Akhirnya
tokoh militer Soeharto dan A.H. Nasution mampu menggeser Presiden Soekarno
dengan ditolaknya Pidato “Nawaksara” yaitu laporan pertanggung jawaban
kepada Majelis Permusyawaratn Rakyat Sementara (MPRS). | en_US |