dc.description.abstract | Etnofarmasi adalah sebuah ilmu interdisiplin yang mempelajari tentang
bahan-bahan obat, cara penggunaan bahan-bahan obat tersebut sebagai penciri
budaya dalam suatu kelompok masyarakat. Studi ini meliputi studi tentang:
identifikasi, klasifikasi dan kategorisasi pengetahuan bahan alam yang dimanfaatkan
sebagai obat (etnobiologi), preparasi sediaan obat (etnofarmasetika), efek yang
diklaim berasal dari sediaan obat tersebut (etnofarmakologi) dan aspek sosial
pengobatan yang berpengaruh pada penggunaan sediaan obat tersebut (etnomedisin).
Salah satu dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia yang penduduknya
masih memegang teguh ajaran dari para leluhurnya adalah Suku Tengger. Wilayah
Suku Tengger yang terdapat di Kabupaten Lumajang merupakan suatu wilayah
minoritas yang ditempati sebagian dari komunitas Suku Tengger. Wilayah tersebut
berada di Kecamatan Senduro yang hanya terdiri dari dua desa yaitu Desa Argosari
dan Desa Ranupani. Selain itu, secara geografis Suku Tengger pada Kabupaten
Lumajang terletak jauh dari pusat ritual kebudayaan masyarakat Suku Tengger, yang
umumnya berada di sekitar kawah gunung Bromo. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian etnofarmasi di Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang,
agar kelestarian pengetahuan maupun penggunaan obat tradisional tetap terjaga dan
dapat digunakan sebagai referensi dasar untuk pengembangan obat baru.
Pada penelitian ini Terinventarisasi 26 jenis penyakit dalam 8 kategori
penyakit yang diobati dengan menggunakan obat tradisional pada Suku Tengger
kecamatan Senduro kabupaten Lumajang. Didapatkan juga 54 spesies tumbuhan, 2 spesies hewan, dan 3 bahan mineral yang digunakan sebagai obat tradisional pada
Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Berdasarkan hasil penelitian, terinventarisasi 82 resep tradisional yang
dimanfaatkan untuk pengobatan pada Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang. Bahan-bahan obat yang terdapat pada Suku Tengger Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang penggunaannya dapat dipakai secara tunggal maupun dibuat
ramuan untuk mengobati suatu penyakit tertentu. Cara penggunaan bahan-bahan obat
tersebut cenderung digunakan secara peroral daripada digunakan secara topikal.
Berdasarkan metode Informant Concencus Factor dan Use Value, terdapat 12
spesies tumbuhan untuk mengobati 6 jenis penyakit yang berpotensi untuk dilakukan
uji bioaktivitas lebih mendalam dari Suku Tengger Kecamatan Senduro Kabupaten
Lumajang. Spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengbati jenis penyakit tersebut
antara lain; Adas (Foeniculum vulgare Mill.) untuk pengobatan batuk dan demam,
Sempretan (Bidens pilosa L.) untuk pengobatan afrodisiak dan luka gores, Bawang
Putih (Allium sativum L.) untuk pengobatan batuk dan nyeri otot, Jambu Wer
(Elaeocarpus longifolius Blume) untuk pengobatan diare, Dringu (Acorus calamus
L.) untuk pengobatan demam, Ampet (Cratoxylon formosum Dyer.) untuk
pengobatan diare, Tepung Otot (Borreria laevis Griseb.) untuk pengobatan nyeri otot
dan luka gores, Permenan (Belum Teridentifikasi) untuk pengobatan batuk, Pulosari
(Alyxia reinwardtii Blume) untuk pengobatan demam dan diare, Purwoceng
(Pimpinella pruatjan Molkenb.) untuk pengobatan afrodisiak dan luka gores,
Pronojiwo (Euchresta horsfieldii Benn.) untuk pengobatan afrodisiak, dan Sri Pandak
(Plantago major L.) untuk pengobatan luka gores. | en_US |