dc.description.abstract | Pembangunan kesehatan merupakan hal yang selalu didambakan oleh setiap
orang. Sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Salah
satu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan serius adalah pemberantasan
penyakit menular yaitu penyakit Tuberculosis paru. Penyakit ini merupakan penyakit
menahun yang menyebabkan kesengsaraan bagi umat manusia, mudah menular dan
berakhir dengan kematian. Penyakit tuberkulosis paru masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dunia. Penyakit TB-paru banyak menyerang kelompok usia
kerja produktif, kebanyakan dari kelompok sosial ekonomi rendah dan
berpendidikan rendah. Sejak tahun 2000 strategi DOTS (Directly Observed
Treatment, Shorcourse chemotherapy) dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK
(Unit Pelayanan Kesehatan) terutama Puskesmas yang di integrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar. Diharapkan dengan srategi DOTS dapat memberikan
kesembuhan 85%. Namun pelaksanaan dilapangan keberhasilan pengobatan dengan
strategi DOTS ini mengalami beberapa hambatan. Salah satu penyebab utama
ketidak berhasilan pengobatan adalah karena ketidak patuhan pasien mengkonsumsi
obat.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Berdasarkan waktu
penelitian ini termasuk penelitian cross sectional. Pada penelitian ini pengambilan
sampel menggunakan sistem total sample. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penderita TB-paru yang terdaftar dan menyelesaikan pengobatan di Rumah
Sakit dr. Soebandi Jember sebanyak 30 responden. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan faktor-faktor
(Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan pasien, lama pengobatan, efek
samping obat, jarak rumah dengan pusat playanan kesehatan, ada tidaknya PMO)
dengan Kepatuhan dalam pengobatan TB-Paru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap tingkat kepatuhan dalam pengobatan TB-Paru adalah umur (p =
0,08), jenis kelamin (p = 0,02), tingkat pendidikan (p = 0,000), lama pengobatan (p =
0,009), efek OAT (p = 0,000), jarak tempat tinggal pasien dengan pusat pengobatan
(p = 0,004), ada atau tidaknya PMO (Pengawasan Minum Obat) (p = 0,028). Dan
yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan barobat
pasien adalah pekerjaan (p = 0,361).
Berdasarkan hasil penelitian, maka petugas kesehatan di Rumah Sakit
dr. Soebandi perlu melakukan penyuluhan kesehatan secara intensif dan
berkesinambungan kepada pasien penderita TB-paru dan PMO agar tercapai
keberhasilan pengobatan. | en_US |