Show simple item record

dc.contributor.authorRahadi Dian Puspito
dc.date.accessioned2013-12-06T02:01:39Z
dc.date.available2013-12-06T02:01:39Z
dc.date.issued2013-12-06
dc.identifier.nimNIM091910301011
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5403
dc.description.abstractPenggunaan alat berat merupakan salah satu pendukung terlaksanakannya ketepatan waktu pekerjaaan konstruksi, dimana pemakaiannya merupakan suatu yang vital. Alat berat sendiri sejatinya bukanlah merupakan suatu penghambat proyek, melainkan dapat memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Proses manajemen alat berat juga diperlukan ketelitian agar supaya penggunaannya dapat berfungsi sesuai dengan pekerjaan dan bukan menjadi penghalang keterlambatan proyek. Contohnya, apabila alat tersebut tidak dilakukan mobilisasi secara baik, maka dapat membahayakan pengeluaran proyek. Biaya yang dikeluarkan apabila alat mengalami kerusakan justru dapat mengganggu aktivitas proyek yang sedang berlangsung. Bukan hanya dari segi biaya yang akan terkena imbasnya, pada waktu pelaksanaan proyek juga akan menjadi semakin lama karena tidak sesuai dengan schedule proyek. Ketidaksesuaian ini disebabkan bahwa apabila alat tersebut mengalami kerusakan, maka diperlukan waktu tambahan dalam melakukan perbaikan. Penambahan waktu ini dapat berdampak pada proses pelaksanaan proyek. Semakin proyek mengalami keterlambatan waktu, maka biaya pengeluaran akan semakin besar. Disini terlihat bahwa unsur biaya dan waktu proyek terjadi keterkaitan. Oleh karena itu penulis kali ini mencoba melakukan analisa mengenai efisiensi dari proses penggunaan alat berat terutama untuk alat berat pengeboran borpile. Pekerjaan borpile sendiri dalam proyek pembangunan jembatan layang (flyover) merupakan salah satu pekerjaan berat, karena sebagian besar untuk pembuatan pondasi jembatan menggunakan pondasi borpile. Alat berat pengeboran disini menggunakan dua macam alat, yaitu type Borland dan type DH2K. Efisiensi alat berat disini terdiri atas analisa waktu dan biaya. Pada masing-masing type alat berat pengeboran dilakukan analisa biaya sewa per jam dan analisa waktu pada titik pengeboran. Waktu siklus baik menggunakan alat type Borland maupun type DH2K dilakukan dengan menggunakan survey siklus pada tiga titik pengeboran. Setelah dilakukan analisa mengenai biaya masing-masing alat didapatkan bahwasannya biaya sewa untuk alat berat pengeboran type Borland yaitu sebesar Rp 542.711,67 per jam, sedangkan untuk type DH2K yaitu sebesar Rp 733.947,98 per jam. Untuk waktu pada tiga titik pengeboran sendiri setelah dilakukan analisa didapatkan bahwa untuk alat type Borland memerlukan waktu selama 34,9 jam, sedangkan untuk alat type DH2K hanya memerlukan waktu selama 18 jam. Apabila di total, pengeluaran alat berat type Borland pada tiga titik pengeboran membutuhkan biaya sebesar Rp 18.940.637,28 untuk type Borland, dan Rp 13.211.963,64 untuk alat type DH2K. Sehingga apabila melihat efisiensi penggunaan alat berat pengeboran selama tiga titik pengeboran, proyek akan menghemat biaya sebesar Rp 5.729.573,64en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries091910301011;
dc.subjectPENGEBORAN TYPE BORLAND, TYPE DH2K, BORPILE, JEMBATAN LAYANGen_US
dc.titlePEMILIHAN ALAT BERAT PENGEBORAN TYPE BORLAND DAN TYPE DH2K BERDASARKAN PADA EFISIENSI PEKERJAAN BORPILE PEMBANGUNAN JEMBATAN LAYANG (FLYOVER) PASAR KEMBANG SURABAYAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record