dc.description.abstract | ndonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai negara yang memiliki kekayaan
budaya dan peninggalan yang mengagumkan. Apabila diamati Jawa Timur memiliki
banyak warisan peninggalan budaya, khususnya benda bersejarah dan purbakala yang
tersebar di berbagai wilayah Kabupaten. Salah satu peninggalan bersejarah tersebut
terletak di wilayah Kabupaten Jember.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitan ini yaitu: (1) bagaimana historisitas
Situs Duplang?; (2) bagaimana relevansi dan pemanfaatan Situs Duplang terhadap
materi pembelajaran sejarah?.
Tujuan yang ingin dicapai adalah : (1) untuk mengetahui dan mengkaji
historisitas Situs Duplang; (2) untuk mengetahui dan mengkaji relevansi dan
pemanfaatan Situs Duplang terhadap materi pembelajaran sejarah.
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) bagi siswa, dapat
termotivasi sehingga senang belajar sejarah dan dapat memperoleh pengalaman belajar;
(2) bagi guru atau calon guru, khususnya dalam pembelajaran sejarah, dapat menambah
keterampilan dan wawasan dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Selain itu, untuk menambah pengalaman guru dalam penelitian; (3) bagi almamater,
merupakan perwujudan dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya
Dharma Penelitian; (4) bagi penulis, sebagai media latihan untuk mengembangkan
karier dan profesionalisme sebagai calon guru sejarah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan sejak 10 Januari 2012
hingga November 2012 di lokasi penenelitian dan perpustakaan Universitas Jember.
Adapun data-data penelitian diperoleh dari buku-buku yang ada di perpustakaan
viii
maupun hasil wawancara dengan juru kunci situs. Usaha untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah.
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, kesimpulan dapat dirumuskan :
(1) Desa Kamal Kecamatan Arjasa adalah desa purba yang sudah dikenal sejak lama
karena memiliki banyak sekali peninggalan zaman purba. Desa Kamal merupakan desa
yang memiliki tiga Situs diantaranya Situs Klanceng, Situs Kendal, dan Situs Duplang.
Situs Duplang merupakan Situs yang memiliki beberapa koleksi peninggalan pada
zaman megalitikum diantaranya kubur batu, batu kenong, dan mehir. Batu kenong
melambangkan bentuk persembahan kepada arwah nenek moyang dan menjadi
pemujaan yang dibuat sekitar abad 4 M. Sedangkan Kubur batu merupakan tempat
pemakaman atau peti mayat yang didalamnya terdapat jenazah yang di simpan dalam
keadaan terbaring dengan posisi kepala menghadap ke tempat yang lebih tinggi. Dibuat
sekitar 3000 tahun yang lalu. Kubur batu yang berada di Situs Kamal adalah kubur batu
masyarakat sekitar yang dahulu bermukim di sekitar Situs Kamal. Semua kubur yang
ada disekeliling Desa Kamal semuanya menghadap ke kubur batu yang ada di Desa
Kamal maksudnya, kepala orang yang meninggal selalu mengarah ke kubur batu di
Desa Kamal, mereka mengarah ke arah kubur batu tersebut karena orang yang di
makamkan di kubur batu tersebut adalah tokoh masyarakat atau kepala suku. Di sebelah
barat kubur batu terdapat menhir atau batu tegak yang diperkirakan dibuat sekitar tahun
2000 tahun yang lalu (awal masehi). Batu tegak atau menhir yaitu tiang batu atau tugu
batu yang didirikan sebagai tanda peringatan yang melambangkan arwah nenek moyang
dan menjadi benda pemujaan. Kehidupan manusia purba sudah mulai hidup
berkelompok, menetap, dan bercocok tanam. Sedangkan sistem kepercayaannya yaitu
animisme dan dinamisme, (2) penemuan benda-benda megalitikum yaitu kubur batu,
batu kenong dan menhir di Situs Duplang ini, dapat digunakan sebagai sumber
pembelajaran sejarah karena Situs Duplang merupakan peninggalan budaya pada zaman
megalitikum masuk pada materi pelajaran sejarah SMP kelas VII semester gasal sesuai
dengan Kompetensi Dasar 1.2 Mendiskripsikan kehidupan pada masa praaksara di
Indonesia dan untuk siswa SMA kelas X semester genap dengan KD : Menganalisis
kehidupan awal masyarakat Indonesia. Dengan demikian Situs Duplang peninggalan
ix
prasejarah yang ada di Desa Kamal Kecamatan Arjasa merupakan media pembelajaran
yang sangat tepat untuk mempelajari kehidupan masyarakat prasejarah. Seperti
memanfaatkan lingkungan yang dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan
dengan membawa peserta didik ke lingkungan melaui metode karyawisata. Dengan
adanya karya wisata ini dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air di dalam diri siswa.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu
sebagai berikut: (1) bagi siswa, dapat termotivasi sehingga senang belajar sejarah dan
dapat memperoleh pengalaman belajar; (2) bagi guru atau calon guru, khususnya dalam
pembelajaran sejarah, dapat menambah keterampilan dan wawasan dalam menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar. Selain itu, untuk menambah pengalaman guru
dalam penelitian; (3) bagi almamater, merupakan perwujudan dari salah satu Tri
Dharma Perguruan Tinggi, khususnya Dharma Penelitian; (4) bagi penulis, sebagai
media latihan untuk mengembangkan karier dan profesionalisme sebagai calon guru
sejarah. | en_US |