Show simple item record

dc.contributor.authorRobiatul Adawiyah
dc.date.accessioned2013-12-04T03:49:36Z
dc.date.available2013-12-04T03:49:36Z
dc.date.issued2013-12-04
dc.identifier.nimNIM082010101059
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3590
dc.description.abstractMalaria masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Munculnya resistensi parasit terhadap obat-obatan malaria dan belum ditemukannya vaksin yang efektif menyebabkan angka insidensi dan mortalitas akibat penyakit malaria masih cukup tinggi di berbagai negara tropis di dunia. Penelitian mengenai vaksin yang efektif untuk malaria telah berkembang pesat dalam dekade ini, namun hasilnya masih belum maksimal. Salah satu strategi pengembangan vaksin malaria adalah Transmission Blocking Vaccine (TBV). TBV merupakan jenis vaksin yang dapat menghambat transmisi patogen ke tubuh inang. TBV bekerja dengan menggunakan antigen yang berada dalam tubuh vektor untuk menghasilkan antibodi spesifik dalam tubuh inang. Selain itu, TBV juga memanfaatkan organ tubuh vektor untuk menghasilkan respon imun yang protektif dalam tubuh inang, salah satunya adalah dengan menggunakan saliva nyamuk. Vaksin berbasis saliva vektor ini tidak hanya dapat mencegah manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh parasit akan tetapi juga dapat menghentikan penyebaran penyakit malaria secara luas sehingga vaksin ini sangat cocok digunakan di negara-negara endemis di dunia. Dasar penggunaan saliva nyamuk sebagai target yang potensial bagi pengembangan TBV adalah dugaan saliva nyamuk memiliki protein imunomodulator yang berpengaruh terhadap respon imun inang. Saliva nyamuk mampu membangkitkan respon imun humoral maupun seluler. Adanya paparan berulang saliva nyamuk steril telah terbukti mampu memodulasi respon imun ke arah sel T helper 1 (Th-1) yang lebih menguntungkan bagi inang (imunoprotektif). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan pada pemberian ekstrak kelenjar saliva Anopheles aconitus terhadap respon imun hewan coba sebagai dasar dalam pengembangan Transmission Blocking Vaccine. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari kadar Interleukin-4 (IL-4) yang dihasilkan pada paparan yang berulang. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa ±1500 pasang kelenjar saliva Anopheles aconitus yang kemudian diproses menjadi vaksin pellet dan supernatan. Prosedur penelitian meliputi isolasi kelenjar saliva, preparasi vaksin, vaksinasi terhadap hewan coba, pengambilan plasma hewan coba dan pengukuran kadar IL-4 dengan metode sandwich ELISA. Hasil pengukuran kadar IL-4 hanya dapat diamati pada sampel plasma pasca vaksinasi. Pada kelompok pellet, terlihat adanya kecenderungan penurunan kadar IL-4, sedangkan pada kelompok supernatan kadar IL-4 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Adanya sampel plasma yang lisis serta banyaknya mencit yang mati dalam pemeliharaan menyebabkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini belum representatif untuk menunjukkan pengaruh ekstrak kelenjar saliva terhadap respon imun inang.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101059;
dc.subjectPASCA INJEKSI EKSTRAK KELENJAR SALIVA Anopheles aconitus , MENCIT BALB/c SEBAGAI MODEL TRANSMISSION BLOCKING VACCINE MELAWAN MALARIAen_US
dc.titlePROFIL INTERLEUKIN-4 PASCA INJEKSI EKSTRAK KELENJAR SALIVA Anopheles aconitus PADA MENCIT BALB/c SEBAGAI MODEL TRANSMISSION BLOCKING VACCINE MELAWAN MALARIAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record