Show simple item record

dc.contributor.authorADITYA REZA APRIYADI
dc.date.accessioned2013-12-04T02:18:58Z
dc.date.available2013-12-04T02:18:58Z
dc.date.issued2013-12-04
dc.identifier.nimNIM081510501130
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3440
dc.description.abstractPenyakit patik atau bercak daun Cercospora yang disebabkan oleh jamur Cercospora nicotinae dapat mengurangi mutu daun tembakau, terutama apabila digunakan sebagai daun pembalut cerutu. Daun yang terserang bercak patik ini mudah robek dan berkembang pesat ketika diproses digudang. Penyakit ini umumnya dikendalikan mengunakan pestisida kimia. Padahal ada aturan pembatasan residu kimia pada daun tembakau yang sering disebut Batas Maksimum Residu (BMR) yaitu sebesar 2,0 ppm. Oleh karena itu dicari alternatif pengendalian dengan ekstrak nabati yang mempunyai potensi untuk mengendalikan penyakit patik. Salah satunya adalah kipahit yang termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar yang mengandung senyawa flavonoid, tannin, terpenoid, dan saponin. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan P1 (tidak diinokulasi Cercospora nicotianae dan tidak disemprot dengan ekstrak daun kipahit), P2 (diinokulasi Cercospora nicotianae dan tidak disemprot dengan ekstrak daun kipahit), P3 (diinokulasi Cercospora nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 25 g/l), P4 (diinokulasi Cercospora nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 50 g/l), P5 (diinokulasi Cercospora nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 75 g/l) setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Inokulasi dilakukan pada 5 hst. Penyemprotan ekstrak daun kipahit dilakukan pada tanaman berumur 35 hst, 50 hst dan 65 hst dan dilakukan pada sore hari. Pengamatan Keparahan penyakit dan insiden penyakit dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan interval waktu setiap 5 hari setelah aplikasi pestisida nabati. AUDPC (Area Under Disease Progress Curve) merupakan parameter yang berguna untuk mengukur perkembangan penyakit terhadap waktu. Pada 15 hst daun-daun yang diinokulasi mulai menunjukkan gejala awal, muncul bercak yang berbentuk bulat dan tidak bercincin, pada awalnya berukuran 2 – 4 mm dan terus semakin membesar, berwarna cokelat dan pada bagian tepi bercak berwarna gelap dengan bagian tengah berwarna ke abu-abuan. Pada 35 hst bercak patik semakin berkembang dengan diameter antara 4 – 6 mm dengan warna yang semakin menjadi cokelat lebih gelap dan bentuk tidak bercincin. Tingkat keparahan penyakit pada 20-60 hst tidak menunjukkan perbedaan pada setiap perlakuan. Pada 65-80 hst, perlakuan 50 g/L dan 75 g/L mampu mengendalikan Cercospora nicotianae yang ditunjukkan dengan keparahan penyakit yang semakin rendah pada setiap pengamatannya, masing-masing 7,2 dan 8,2 pada 80 hst. Berbeda dengan perlakuan lain yang keparahan penyakitnya terus meningkat pada setiap pengamatan. Pada 80 hst setelah penyemprotan yang ke-3, keparahan penyakit pada tanaman yang disemprot dengan ekstrak daun kipahit 50 g/L tidak berbeda dengan konsentrasi 75 g/L. Namun, ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 75 g/L lebih kental dan sulit disemprotkan. Nilai AUDPC pada perlakuan ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/L adalah yang terkecil dibandingkan dengan dua perlakuan ekstrak lainnya, yang berarti pada konsentrasi tersebut mampu mengendalikan penyakit Cercospora nicotianae.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081510501130;
dc.subjectPenyakit Patiken_US
dc.titlePENGENDALIAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA TEMBAKAU NA OOGST SECARA IN-VIVO DENGAN EKSTRAK DAUN GULMA KIPAHIT (Tithonia diversifolia)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record